SELAMAT DATANG DI CERSEXIDN CERRITA TERUPDATE DAN TERPANAS

Selasa, 15 Maret 2016

Goyangan Cewek Dancer Yang Menggairahkan


 Goyangan Cewek Dancer Yang Menggairahkan


Namaku Randi, aku salah satu pelajar SMA di kota Palangka Raya. Kisahku ini adalah kisah nyata tentang aku dan salah seorang anggota team dancer sekolah kami. Namanya Hany. Hany seorang gadis dengan tubuh langsing, kulit putuh bersih dengan wajah tergolong cantik . Yang bikin aku makin tergila-gila sama Hany adalah toketnya yang lumayan besar. Sering aku membayangkan toket Hany yang masih dilapisi seragam putihnya.


Hanya termasuk cewek yang supel, pintar bergaul dan tidak pilih-pilih dengan siapa ia ingin berteman dan itu memberi dia nilai lebih dimataku. Sering aku memperhatikan Hany yang sedang latihan nge-dance dengan teman-temannya di gedung olah raga sekolah selepas jam sekolah. Hari itu Hany dan teman-temannya sedang latihan. Aku langsung masuk ke dalam gedung seraya berteriak pada Hany dan teman-temannya.

”aku mau liat kalian latihan. Bolehkan..?”
”boleh-boleh aja” kata Lusi dengan gaya centilnya.

Lusi terkenal paling centil di sekolah. Lusi juga lumayan cantik. Mereka melanjutkan latihan mereka tanpa menghiraukan aku lagi. Waktu itu pandanganku hanya tertuju pada Hany. Aku paling suka melihat Hany nge-dance. Gayanya enerjik, dan paling seru adalah toketnya yang meloncat-loncat seirama dengan gerakan tubuhnya.

Mataku tak pernaha lepas dari Hany sampai mereka selesai latihan. Karena diluar lagi hujan maka terpaksa kami tidak jadi pulang. Kami menunggu sampai hujan reda, namun sialnya makin lama hujannya makin deras. Hari sudah gelap, Lusi dan teman-temannya yang lain nekat menerobos hujan untuk pulang kerumah masing-masing. Sekarang tinggal aku dan Hany. Hany sudah beberapa kali mencoba menghubungi kakaknya untuk menjemputnya. Tapi gak ada jawaban dari kakaknya..

”uda gelap ni Han, kok kamu belum dijemput juga seh..?” tanyaku prihatin.
”ga tau ni Ran, lagi pada sibuk kali sampai lupa ama aq” jawabnya dengan wajah cemberut.

Kelihatannya Hani sudah mulai bosan menunggu, dan hari pun semakin gelap. aku kasihan sama dia. Akhirnya aku menawarkan dia untuk nekat menerobos hujan dan Hany pun setuju. Jadi kami pun pulang dengan berhujan-hujan. Aku mengantar Hany sampai kerumahnya.

Sesampai dirumahnya, Hany menawarkan aku mampir kerumahnya.

”masuk dulu yuk, Ran”
”gak ah, uda basah kuyup gini” jawabku basa-basi padah ingin sekali aku mampir kerumahnya.
”gak apa-apa kok, Ran. Ntar aku pinjami baju kakakku. Skalian ntar aku buatin minuman anget. Anggap aja ucapan trima kasihku karena kamu uda mau ngantarin aku pulang”

Akhirnya aku tidak bisa lagi nolak ajakan dia. Akupun masuk kerumah Hany.

”orang-orang rumah pada kemana, kok sepi” tanyaku.
”gak tau juga. Mungin ada urusa diluar kale” jawab Hany yang tidak kelihatan memperdulikan kemana mereka pergi.

Wah enak ni bedua-duaan dengan cewek cantik hujan-hujan gini. Batinku.

Hany memberikan aku handuk dan pakaian ganti. Aku langsung mengganti pakaianku yang basah di kamar mandi. Waktu aku keluar dari kamar mandi, aku melihat Hany sedang membuat sesuatu di dapur. Hany mengenakan celana pendek warna putih dan baju ketat yang warna putih pula. Pas banget dengan warna kulitnya yang putih mulus. Lekuk-lekuk tubuhnya yang indah terlihat dengan jelas. Seksi sekali apalagi melihat pahanya yang putih mulus membuat jakunku naik turun menelan liur.

Tiba-tiba penisku menegang. Berrrr…

”lagi ngapain Han..?” sapaku
”eh, ini Ran, lagi bikin teh anget” jawabnya setenga kaget ” dingin-dingin gini kan enak minum yang anget-anget”
”bener tu, apalagi ditemani cewek cantik kayak kamu” godaku
”ah Randi, biasa aja kali. Gak usah ngerayu sgala” jawabnya tersipu malu.
”emang kenyataannya gitu kok. Kamu tu emang cantik Han” pujiku lagi. Pipi Hani bersemu merah karena malu. Kuraih tangan Hany, kuremas pelan..
”Han, sebenarnya aku sudah lama naksir kamu, tapi aku ragu untuk nyatainnya, kayaknya saat ini adalah momen yang pas buat ngungkapin perasaanku”

Hany cuma diam dan tertunduk.

”gimana Han.? Aku mau tau bagaimana perasaan kamu ke aku” lanjutku lagi.
”emmmm…emang kamu serius ama aku..?”
”iya, aku serius ama kamu” ucapku meyakinkannya.
”apa buktinya kalau kamu serius ama aku..?” tanyanya kemudian.

Aku bingung dengan pertanyaannya kali ini. Aku ga tau dengan cara apa aku membuktikannya. Namun akhirnya aku dapat ide. Aku mendekatkan wajahku ke wajah Hany. Perlahan-lahan dan akhirnya bibirku menempel di bibir Hany. Hany hanya terdiam. Aku memberanikan diri untuk melumat bibirnya. Aku memasukkan lidahku ke mulutnya. Kini Hany bereaksi. Lidah Hany mengikuti irama lidahku. Lidah kami saling membelit. Nafas Hany sudah mulai tidak teratur. Hany mengalungkan kedua tangannya di leherku.

Ciuman kami semakin panas. Aku mulai berani meraba tubuh Hany. Kuusap naik turun punggunggnya untuk memberikan rangsangan. Lama-kelamaan tanganku semakin berani. Kini tanganku berpindah ke payudaranya yang empuk yang masih terbungkus baju. Hany tidak menolak, malah aku mendengar dia mendesah kecil. Ciumanku perlahan turun sesenti-demi sesenti hingga akhirnya sampai keleher Hany.

Desahan Hany semakin terdengar jelas. Aku terus menciuminya sabil terus meremas payudaranya. Aku mengangkat baju Hany, ternyata dia tidak memakai bra…aku langsung menjilat payudaranya yang besar. Aku hisap puting susunya yang berwarna kemerahan.

Sedangkan tanganku yang lain sibuk meremas payudaranya yang lain.

”aaaccchhh….eemmh…Randi, enak banget Ran…terusss…”

Desahan Hany semakin menjadi-jadi. Aku menarik lepas celana Hany. Kini tinggal celana dalam warna merahnya yang membungkus gundukan kecil yanga indah di selangkangan Hany. Aku mengusap-usap memek Hany dari laur CDnya. Terasa CD Hany mulai basah. Aku memasukkan tanganku dibalik CDnya. Aku memasukkan jari tengahku ke dalam memek Hany sambil. Hany merintah kenikmatan.

“aaach…Randi nikmat banget.. terus Wia, masukkan lebih dalam lagi Ran..emmh..”

Hany terus mendesah kenikmatan. Kulepas CD Hany. Kubalikkan tubuh Hany. Kuminta dia sedikit membungkuk. Kedua tangannya bertopang pada meja dapur. Aku segera melepas celana pendek yang aku pakai. Akupun sudah telanjang bulat karena aku memang tidak memakai CD. Aku langsung mengarahkan penisku ke memek Hany. Perlahan-lahan kudorong penisku masuk ke dalam memek Hany. “aaachh…” Hany menjerit tertahan ketika penisku mulai menerobos masuk ke memeknya. Memek Hany terasa sempit.

Tapi dengan usahaku yang gigih akhirnya seluruh penisku berhasil masuk ke dalam memek Hany.

“emhh…enak banget Ran…”
“memek kamu sempit banget Han..aahk..”

Aku mulai menyodok-nyodok memek Hany dari belakang. Hany terus mendesah kenikmatan sambil menggerakkan pinggulku maju mundur, aku menciumi tengkuk dan punggung Hany.

“aacch..enak Ran,..terus Ran..”
“iya Han, nikmat benget..aachh…”

Aku merasa memek Hany mulai berdenyut-denyut. Mungkin Hany sudah mencapai klimaks. Entah yang keberapa…

“terus Ran..emhh..aku hamper keluar Ran…”
“tahan dulu Han, aku juga uda mau keluar” aku menggerakkan pinggulku semakin cepat..aku merasakan ada sesuatu yang mau keluar dari penisku…seluruh badanku mengejang..saat itu aku merasakan kenikmatan yang teramat sangat. Begitu juga dengan Hany, tubuhnya mengejang. Menjerit kenikmatan…”aaaaachhh…aku mau keluar Han..” jeritku
“keluarin di dalam aja Ran..”

Akhirnya aku mengeluarkan spermaku di dalam memek Hany. Aku memeluk Hany dari belakang. Tubuhku terasa lemas..begitu juga dengan Hany..akhirnya aku dan Hany roboh dan terduduk di dapur.

Semenjak kejadian itu, aku dan Hany sering mengulangi lagi petualangan liar kami. Kadang kami melakukannya di rumahnya, terkadang di kostku, bahkan terkadang kalau sudah gak kuat nahan nafsu, kami melakukannya di alam terbuka.

Diam-Diam Memendam Cinta Yang Sama



 Diam-Diam Memendam Cinta Yang Sama


Ini adalah pengalaman sex pertamaku sebelum aku mengenal sex lebih jauh.ceritanya waktu itu aku masih kelas 1 sma,aku naksir seorang gadis di daerah saya sendiri tapi malu untuk mengutarakanya hingga akhirnya aku mengenal sex dengan gadis itu.


Sebutlah nama gadis itu Rini. Rini adalah adalah anak pertama dari 2 bersaudara.kedua orang tua Rini bekerja di jakarta sebagai pengusaha garment dan kebetulan adiknya masiha kecil sehingga ikut dibawa ke jakarta sedang Rini usianya 18 tahun.Rini tinggal di rumah hanya dengan neneknya kebetulan rumah Rini tak jauh dari rumah saya hanya berjarak 4 rumah.

pada suatu malam kira-kira jam 8 lampu bolam didapur rumah Rini mati dan kebetulan waktu itu tetangga sebelah tidak ada sehimgga neneknya Rini minta tolong saya untuk mengganti bolam yang mati tersebut.dia nyuruh Rini untuk memanggil saya.mas Edo nenek minta tolong mas untuk memasang bolam di dapur karena gelap baru saja bolamnya mati.dengan hati berbunga bunga saya langsung setuju siapa tahu ada kesempatan mengutarakan cinta saya apalagi yang menyuruh gadis pujaan saya.

singkat cerita setelah saya selesai memasang bolam saya dibuatkan teh oleh Rini. sambil menghidangkan teh Rini dan neneknya bilang mas Edo silahkan tehnya diminum jangan buru-buru main dulu kan lama mas Edo nggak main,saya jawab saja iya deh nek.sambil minum teh kami menonton tv bareng-bareng hingga akhirnya sinenek ngantuk uuaahh..uaaappp……

“dik Edo nenek tidur dulu ya dik Edo sama Rini silahkan lanjutkan nonton tv nya”.

bagai mendapatkan kesempatan emas saya jawab dengan senyum dan deg-degan. saya perhatikan juga raut wajah Rini seperti mengharap sesuatu dari hatiku. malam semakin dingin cerita tv sudah membosankan hingga duduku kudekatkan disamping Rini, dengan hati berdebar-debar kupegang tangan Rini dan dia diam saja lalu kurapatkan lengan saya dia semakin merapatkanya akhirnya keberanikan diri mengatakan cintaku,

“Rini sudah lama aku memendam cinta padamu tapi tak kuasa tuk mengatakanya sekarang bagaimana perasaanmu”.
“mas Edo..sudah lama pula Rini merakan seperti apa yang mas Edo rasakan”, bagai mendapat emas rasanya hingga kucium pipi dan keningnya tanda kasih sayang saya, Rinipun membalas dengan mesra dan mengairahkan lalu kukecup bibirnya sszziuupa…ciiupss..bibir kami perpagutan tak lepas, kuremas payudara Rini dia mengerang ouukhh…oouuaakhh….oouuhhhhk..

“mas Edo Rini sangat menyayangi mas….”,
“mas juga sayang banget sama adik”.
“mas Edo..kita kekamar Rini saja yuk biarkan tv hidup supaya nenek mengira kita sedang nonton tv”,bak mendapat tambang emas kugendong dengan mesra tubuh Rini dan kurebahkan di ranjang kutindih..dan kucium bibir dan lehernya hingga ke buah dada.. ccuuppzz…sszziiuppzz….
“ouuh..aakkhh…nikmat sekali mas lepaskan saja bh Rini mas” tanpa lama-lama kulepas bh nya dan ou…2 buah gunung yang tegang dan menantang langsung kulumat-lumat dengan bibir cciupp…ssszzuuuppzz…sszzuupp..
“aakhh..ouuhh..” Rini mengerang nikmat,

kini gilaran Rini membuka celana dalm saya yang sudah tegak sejak ciuman tadi diciumnya penis saya lalu dikulum-kulum hheemm..

“nikmat sayang..ouuhhh..ooiuh…ooaaakkhh…terus sayang”,giliran Rini kubuka celana dalamnya terlihat daging di antara selangkangan dengan rambut yang indah dan rapi.

setelah celana dalam Rini kulepas dengan dibantu tangan Rini kujuntai kaki Rini kelantai hingga dundukan vagina semakin merangsang langsung saja ku lumat klitorisnya ssiiuupzzss..ssupss..oouh. Rini mengejan kutekan klitoris dengan tangan kanan,

tangan kiriku meremas buah dada dan jilatan di vagina kulanjutkan srruupp…sscruuppss… oouuh.. Rini meracau

“nikmatttss sekli..mass…oouuhh..mas Edo…oouuhkkh..wwuuiiihhh…nikmatttss..Rini mau orgasme mas….” saya tak peduli lagi kulumat terus sampai puass…ssrruupptt..sccruupt.. bersamaan itu Rini mengejang
“oouuhh…aakkhh….” tampak cairan kuning keluar dari vagina langsung kubersihkan dengan mulut saya..srrupp…sszzeepp…aakkhh.., sementara penis saya masih tegang kuremas -remas lagi buah dada Rini hingga ia bernafsu kembali…

“oouhh… mas Edo Rini…Rini..pasrah mas silahkan mas Edo melakukan apa saja yang mas mau…”,
“oke sayang…bolehkan kalau mas masukkan penis mas ke dalam vagina Rini..”,
“silahkan mas…”, kubuka selangkangan dia..dan woouu…lubang vagina yang masih perawan..pertama kucium dan kulumat dulu terus perlahan-lahan kumasukkan penis saya ssleeppss….oouukk…hheeppsss..

Rini seperti ditusuk punggungnya sambil merem melek..

“oohh..mas sakit…pelan..pelan mass…” saya masukkan lagi ssleeppzz..blezzz….hingga penis saya masuk semua,

Rini memejamkan matanya..dan berkeringat…saya masukkan lagi slleepp..zleb….sleebbss..

“oouhh sekarang nikmat mas…ayo teruskan mas Rini nikmat sekali…” begitau ia mengigau…,

lama saya memompa Rini sambil kaki menjuntai di lantai.dik..Rini sayang..sekarang adik tidur lurus di ranjang ya,ia mengangguk sambil tidak melepaskan penis saya yang sedang menancap.kutelentangkan ia,kedua tanganya kuluruskan kesamping kiri dan kanan kutumpangkan kedua tanganku,sementara penis saya menekan masuk ke lubang vagina Rini,kunaik turunkan pantatku sampai semua penis masuk..kedalam vagina..sslleepss..blless..slleppb..blless…crruukkhhh..ouuhhkk…wwuuiihh..

“nikmat sekaali mas…. yang dalam mas…
“iya sayang…”

slleebb..blessz..blleeezzz….

“aakkhhhh..mas Rini sebentar lagi keluar…”,
“tahan dulu sayang mas sebentar lagi juga keluar…”

bleezz…crueekkhh..sleebbss…suara penis keluar masuk vagina semakin mempercepat kami ejakulasi.,zlleebbbb…..ssllleebbzz…

“aakhh..mas Edo saya keluar…” bersamaan itu pula ejakulasi…
“ouahh…aaakkhhhh…mas keluar juga sayang….”

crot…croot..crott..kumuntahkan lahar hanga saya di dada Rini,kukecup kening Rini kucium bibir dan pipinya kepeluk erat-erat sambil kubisikkan sayang padanya, Rini pun membalas kecupan dan memeluk tubuh saya yang dalam keadaan bugil erat-erat.

setelah itu kami kekamar mandi saling membersihkan kemaluan kami masing-masing.saya membersihkan vaginas Rini dan ia membersihkan penis saya..oohh..benar-benar cinta pertamaku yang mengasikkan.

begitulah cerita percintaan saya hingga akhirnya tercium oleh orang tua dia dan keluarga saya.baik ortu dia maupun keluarga saya tidak menyetujui percintaan kami.akhirnya ia dijodohkan dengan pengusaha dan sudah nikah dengan pengusaha itu.saya menerimanya walau berat hati,yang jelas saya sudah merasakan nikmatnya vagina Rini,hingga kini rasa cinta itu kadang masih muncul namun saya berusaha tenang dan menghormatinya.



Pak Deni Pintar Memijat Dan MemuaskanKu



 Pak Deni Pintar Memijat Dan MemuaskanKu


Pijat memang terbukti mampu meregangkan otot yang kaku dan menyegarkan tubuh. Makanya suamiku setiap malam minggu mendatangkan tukang pijat langgannya kerumahku. Namun setelah mengenal Pak Deni, semua menjadi berubah. Tidak suamiku saja yang tambah segar akan service Pak Deni, aku pun menuai kepuasan tiada tara dengan kehadiran dia di rumahku.


 Pak Deni Pintar Memijat Dan MemuaskanKu


Aku adalah seorang isteri dari seorang karyawan swasta. Aku punya anak 2. Yang kedua kelas 1. Aku sering nungguin anakku yang kedua di sekolahnya, terutama waktu olah raga.

Guru olahraga anakku bernama Pak Deni. Ia suka sekali bercanda dan berhumor. Tubuhnya tinggi, kurang lebih 175 cm dan berbadan besar dan kekar. Warna kulit agak hitam. Ia baru saja bercerai dengan isteri 4 bulan yang lalu. Jadi ia seorang duda. Selain ia guru olah raga, ia pun pintar memijat. Banyak guru lain minta dipijet olehnya.

Ketika olah raga seperti biasanya ia memakai celana training. Sambil menunggu anakku aku memperhatikan ia yang sedang olah raga bersama murid-murid kelas 2. Begitu aku memperhatikan diantara selangkangannya aku lihat tonjolan yang memanjang dan besar. Aku berkata dalam hatiku, wuh panjang dan besar sekali anunya.

Suamiku hobi dipijat. Tukang pijat langganannya selama ini adalah pemijat tunanetra.

“Guru olahraga di sekolah anak kita pintar memijat, ngerti urat lagi katanya. Coba saja mas!” kubilangi suamiku.
“Boleh juga kita panggil ke sini malam minggu depan. Mau enggak dia ngurut malam-malam?”
“Enggak tau ya .. Coba aku tanyakan besok ya.”

Keesokan harinya aku pergi ke sekolahan dan bertemu dengan Pak Deni.

“Pak, mau enggak mijetin suami saya?” tanyaku.
“Tapi kalo bisa malam hari, Pak.”
“Boleh juga asalkan ongkosnya mahal,” katanya sambil bercanda.

Setelah suamiku pulang kantor sambil makan malam aku ceritakan padanya bahwa Pak Deni mau.

“Boleh panggil ke sini tapi malam sekitar jam 22.00,” kata suamiku.

Sampai waktu yang ditentukan Pak Deni datang ke rumahku. Ia ngobrol dengan suamiku sambil bercanda sehingga baru saja kenal suamiku merasa akrab dengannya. Aku duduk di dekat suamiku menemaninya. Kemudian suamiku menyuruhku merapikan kamar depan dekat ruang tamu.

Mulailah suamiku dipijet oleh Pak Deni sambil ngobrol ngalor-ngidul. Pak Deni banyak ngebanyol karena memang ia hobi bercanda. Aku nonton TV sambil tiduran di sofa ruang tamu ngedengerin obrolan Pak Deni dan suamiku.

Suamiku mulai bercerita agak serius dengan suara pelan-pelan.

“Aku ini tidak kuat dalam dalam hubungan seksual. Kenapa, ya? Jadinya isteriku suka marah-marah kalau hubungan intim. Kalau Pak Deni bagaimana dengan isteri Anda?”
“Saya sekarang duda sudah 4 bulan. Kalau dulu sebelum cerai saya kebalikan bapak. Ia kewalahan dengan kemampuan saya sampai ia minta cerai.”
“Wah, hebat kamu ini, Pak.”

Pak Deni yang biasanya suka bercanda mulai berbicara serius.

“Mungkin Bapak terlalu lelah, atau mungkin punya Bapak terlalu kecil dan pendek. Bapak urut yang membesarkan dan memanjangkan saja. Saya hanya bisa mengeraskan saja. Kalau memanjangkan dan membesarkan aku tidak bisa,” katanya pada suamiku.
“Wah, tukang urut yang memanjangkan dan membesarkan itu banyak yang bohong,” kata suamiku.
“Ada yang bener, Pak. Ada teman saya berhasil dari 13 menjadi 17 cm dan menjadi besar lagi,” kata Pak Deni berusaha meyakinkan.
“Pak Deni pernah nyoba enggak?” tanya suamiku selanjutnya.
“Saya tidak perlu karena punya saya sudah sangat panjang dan besar. Panjangnya 19 cm dan besarnya 4,5 inch,” jawab Pak Deni sambil tertawa. “Kalau punya bapak berapa?”
“Punya saya panjangnya 12 cm besarnya 2,5 inch.”

Mendengar obrolan suamiku dan Pak Deni aku berkata dalam hatiku.

“Wuh… besar dan panjang sekali punya Pak Deni, pantesan tonjolannya panjang dan besar dan itu belum bangun. Apalagi kalau barangnya sudah bangun.”

Aku jadi berkhayal, kalau seandainya…. Wah, nikmat sekali…

Setelah mereka selesai aku pura-pura tidur. Kemudian suamiku membangunkan aku.

“Bagaimana, Mas? Cocok enggak pijetan Pak Deni?” tanyaku setelah Pak Deni pulang.
“Wah bagus sekali, lebih bagus daripada langganan saya. Sekarang saya mau langganan sama Pak Deni saja. Saya sudah bilang kalau saya mau pijet tiap malam minggu.”
“Kalau kamu mau juga, boleh coba malam minggu depan. Pijetannya bagus kok. Badanku rasanya enteng dan enak sekali,” kata suamiku
“Aku mau, tapi malu mas, nanti ia cerita di sekolahan.”
“Ya enggak sih, nanti kita bilangin jangan cerita-cerita pada orang lain.”

Keesokan harinya saya ketemu Pak Deni. Sambil tersenyum, ia langsung bertanya padaku.

“Bagaimana Bu? Cocok enggak Bapak dengan pijetan saya?” tanya Pak Deni padaku.
“Cocok sekali… Malam minggu depan bapak disuruh suamiku pijet lagi. Bahkan suamiku mau langganan.”
“Ya.. Bapak sudah bilang sama saya.”

Setelah suamiku menawarkan untuk diurut oleh Pak Deni, hatiku tidak karuan, membayangkan bermacam-macam, bercampur takut dan ingin merasakan sesuatu. Karena memang aku jarang menemukan kepuasan dengan suami. Selain punya suamiku lemes, barang kecil dan pendek dan tidak tahan lama.

Hampir-hampir setiap malam aku membayangkan penis punya Pak Deni. Aku berkata dalam hati, barang Pak Deni pasti kehitam-hitaman, besar dan panjang. Biasanya orang yang agak hitam itu kuat, mana badannya tinggi, besar dan kekar. Pokoknya sangat jantan. Kayak apa kalau badan yang besar itu menindiku dan memelukku keras-keras, sementara badanku langsing seperti ini, dan tinggiku hanya 155 cm. Apa kuat aku ditindih badan raksasa itu. Apa bisa masuk barang sebesar itu ke lobangku yang kecil ini. Apa tidak mentok kesakitan bila barang yang keras dan panjang ditekan ke lobangku dengan tenaga yang raksasa. Pokoknya aku membayangkan antara takut dan ingin merasakan.

Kata teman-temanku barang gede dan panjang itu sangat nikmat sekali. Saking nikmatnya, katanya sampai ngeyut ke ubun-ubun.
Malam ini malam minggu, Pak Deni akan datang. Hatiku berdebar-debar. Jam menunjukkan 21.30. Tak lama kemudian Pak Deni datang. Suami mempersilahkan masuk, dan bilang padanya bahwa aku mau juga dipijet malam ini, dan suamiku minta tidak bercerita macam-macam ke orang lain. Pak Deni menjawab, “Ya, tidak dong, Pak.”

Suamiku mulai diurut. Kurang lebih jam 23.00 suamiku selesai diurut.

Sekarang giliran aku yang akan diurut. Aku pakai kain sarung. Suamiku tiduran di sofa di ruang tamu sambil nonton TV.

Aku mulai tengkurep, hatiku dag-dig-dug. Pak Deni mulai menyingkap kain sarungku di bagian betis dan memegang betisku sambil mengurut pelan-pelan, aku merinding merasakan urutan Pak Deni, karena sebelumnya aku membayangkan sesuatu yang nikmat.

Kini Pak Deni membisu seribu bahasa tidak seperti biasanya suka bercanda dan berhumor, mungkin menikmati pandangan terhadap betisku yang mulus. Maklum ia menduda 4 bulan. Semakin merinding dan berdebar-debar hatiku ketika Pak Deni meletakkan kakiku ke pahanya. Sambil mengurut ia maju sedikit-sedikit sehingga kakiku menyentuh ke bagian selangkangannya sehingga terasa kakiku menyentuh benjolan yang mulai mengeras.
Dengan suara pelan dan terpatah-patah Pak Deni bertanya.

“Paha ibu mau diurut?”
“Ya pak, memang di bagian itu agak terasa nyilu-nyilu. Pelan ya, Pak,” aku pun menjawab dengan suara pelan.

Pak Deni mulai menyingkap pelan-pelan sarungku sampai di bawah sedikit pinggulku.

Ketika Pak Deni mengurut pahaku sampai ke selangkanganku, aku merintih dengan suara pelan-pelan takut kedengaran suamiku. Pak Deni pun terasa meningkat rangsangannya terasa dari sentuhan tangannya yang kadang-kadang mengurut sambil mengelus dan meremas pahaku apalagi ketika sampai di selangkanganku.

Semakin timbul sensasi yang luar biasa ketika Pak Deni membuka kain sarungku di bagian atas pinggulku dan memelorotin cdku sedikit ke bawah. Kini ia mulai mengurut sambil meremas-remas pinggulku, dan rangsanganku semakin tinggi, aku merintih dengan suara pelan. Dan Pak Deni tahu kalau merangsang, aku juga tahu kalau Pak Deni juga merangsang.

Aku berkata dalam hatiku: sebelum aku diurut dalam posisi terlentang, aku akan pamit sama Pak Deni untuk buang air kecil sambil aku ingin melihat apakah suami sudak tertidur atau belum.

Ketika Pak Deni menyuruhku terlentang, aku berkata kepadanya:
“Aku mau ke kamar mandi dulu untuk buang air kecil.”

Ketika keluar kamar aku lihat suamiku tertidur pulas mungkin karena lelah seharian dan habis diurut.

Di kamar mandi aku berkata dalam hati. Kalau nanti sarungku disingkap sampai ke selangkanganku dalam posisi terlentang, pasti Pak Deni akan melihat bulu jembutku. Ia akan semakin merangsang. Aku menginginkannya meraba vaginaku dan memasukkan jarinya ke lobang vaginaku.

Setelah masuk ke kamar, aku bilang bahwa suamiku tertidur lelap. Ketika mendengar kataku Pak Deni semakin bersemangat.
Kini aku terlentang di hadapan Pak Deni. Dan Pak Deni tidak was-was lagi ia membuka sarungku sampai ke selangkanganku. Aku memenjamkan mata sambil menggigit bibirku.

Kini Pak Deni tidak memijat lagi tetapi ia mengelus-elus dan meremas-rema pahaku dengan gemesnya. Kini ia melihat bulu jembutku dan mengelus-elus bibir vaginaku, dan semakin tidak tahan rasanya aku ingin memegang barangnya Pak Deni sambil penasaran tapi malu. Pak Deni semakin berani menusukkan jarinya ke lobang vaginaku yang sudah membasah dengan ledir.

Aku mulai memberanikan diri meraba selangkangan Pak Deni. Dan Pak Deni membuka resleting celananya. Sambil aku melirik ke selangkangannya, Pak Deni mengeluarkan rudalnya. Aku terkejut astaga besar dan panjang sekali. Warnanya kehitam-hitaman, nampak urat-uratnya mengeras, dan kepala rudal jauh lebih besar lagi dari batangnya. Aku menggenggamnya tapi genggamanku tidak muat saking besar.

Sambil mengelus-elusnya, aku bayangkan kalau rudal yang kepalanya sangat besar ini dimasukkan ke lobangku. Apakah tidak robek lobang vaginaku dan jebol lobang rahimku. Sensasiku semakin meningkat. PerasDeniku bercampur ingin menikmati dan takut robek dan jebol.

Pak Deni kini semakin ganas mengocok lobang vaginaku dengan jarinya, dan aku sangat ingin ditindihi dan disetubuhi tapi takut kalau suami bangun kalau mendengar jeritanku. Sambil mengocok Pak Deni menciumi pipiku. Pelan-pelan ia lalu mengecup bibirku, semakin lama ia semakin ganas mencipoki, aku pun terangsang berat.

Kemudian ia memelukku dan menindihku sambil berusaha menyingkap sela-sela samping CD-ku untuk memasukkan rudalnya, tapi tidak berhasil masuk. Kemudian ia menekan lagi.

“Aduh…” jeritku sambil menggigit bibirku tidak tahan.

Tekanan kedua kalinya ini tidak berhasil memasukkan rudalnya ke lobang vaginaku. Kemudian ia menekan lagi dengan tenaga yang super keras dan hampir masuk, tapi terdengar suara suamiku mengegok. Pak Deni dan aku pun kaget terbangun dan menutupkan sarungku ke seluruh tubuh. Dan aku mengakhiri pijetan.

Kemudian aku membangunkan suamiku. Pak Deni pun pamit pulang karena memang sudah larut malam. Kemudian aku mengajak suami masuk kamar, aku sudah tidak tahan. Barang suami juga mengeras tidak seperti biasanya. Kini aku menyalurkan rangsanganku dengan suami sambil membayangkan disetubuhi Pak Deni. Malam itu aku benar-benar merasakan puncak orgasme yang luar biasa tidak seperti biasanya, juga suamiku.

“Ma… Malam ini tidak seperti biasanya. Urutan Pak Deni memang luar biasa membuat kita benar-benar mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa. Kita minggu depan urut lagi ya, Ma…” kata suamiku.

Hari-hari aku hidup dalam bayangan: Kalau malam minggu depan suamiku tidak ada di rumah, aku akan menyiapkan minyak pelumas agar dioleskan ke lobang vaginaku. Aku membayangkan barang Pak Deni yang besar dimasukkan sambil melelukku, menyepokiku dan menggenjotku. Membayangkannya saja sangat nikmat apalagi benar-benar dimasukkan. Sambil rasa khawatir kalau lobangku nanti robek dan lobang rahimku jebol.

Kini malam minggu datang, hatiku berdebar-debar membayangkan sesuatu yang besar dan panjang, membayangkan lobang vaginaku membengkak lebar, dan lobang rahim diterobos barang besar. Pak Deni datang memakan pakaian yang serasi nampak sangat gagah dan manis. Ketika suami ngobrol dengan Pak Deni telpon berdering. Ternyata teman suamiku mengajak ke luar kota untuk mengurus bisnisnya.

“Ya nanti setelah dipijet,” jawab suamiku.

Malam ini aku semakin yakin bahwa aku akan disetubuhi dengan Pak Deni.

“Ma… saya nanti setelah diurut akan pergi ke luar kota,” kata suamiku padaku.
“Jadi, saya tidak usah dipijat, habis tidak ada Mas.”
“Tidak apa-apa pijet saja, Pak Deni orangnya baik, aku sudah percaya kok.”

Mendengar pernyat Deni suamiku, hatiku girang karena sebentar lagi pasti aku disetubuhi oleh Pak Deni yang berhari-hari aku membayangkannya.

Setelah suamiku selesai diurut ia mandi. Dan Aku bilang pada Pak Deni,

“Tunggu dulu ya pak, minum-minum dulu kopinya. Aku mau menyiapkan pakaian bapak untuk ke luar kota.”

Setelah suamiku menyiapkan semua yang akan dibawa ke luar kota, ia pamit ke Pak Deni. Aku mengantarkan sampai pintu gerbang.

Begitu Bapak berangkat hujan turun rintik-ritik. Aku masuk ke ruang tamu dan bilang sama Pak Deni, “Tunggu dulu ya pak, aku pakaian dulu.”
Aku memakai sarung dan kaos… dan sengaja aku tidak memakai BH dan celana dalam.

Begitu aku keluar, sorotan mata Pak Deni menatap payudaraku, aku tersenyum. Aku duduk di kursi sebentar. Aku bayangkan bahwa Pak Deni duda selama 4 bulan, berarti ia tidak berhubungan selama 4 bulan. Aku yakin ia tidak jajan sembarangan. Aku begitu yakin malam ini aku akan digenjot berkali-kali dan berjam-jam. Memang aku ingin sekali berhubungan badan sepuas-puasnya.

Sekarang aku memilih kamar untuk urut di bagian belakang, agar jeritanku yang keras nanti tidak terdengar oleh siapapun. Aku mengajak Pak Deni ke kamar belakang, dan hujan turun cukup deras sehingga cuaca dingin mengantarkan impianku, dan tidak akan terdengar suara apa pun kecuali jeritanku, bunyi cipokan yang mengganas, dan bunyi lobang vaginaku yang digenjot oleh kepala rudal besar dan tenaga yang super keras.

Kini aku bedua Deni yang sama mengharapkan kepuasan seksual dengan sepuas-puasnya. Pak Deni membuka kain sarungku dan tinggal kaos yang menutupi payudaraku. Ia meremas-remas pahaku. Aku mengelinjang-gelinjang. Kemudian Pak Deni membuka celananya. Rudalnya tegang, membesar dan memanjang. Uratnya mengeras dan kepala rudalnya membesar sekali. Ia menciumi pahaku terus ke bibir vaginaku. Aku sudah tidak tahan karena mulai tadi sudah merangsang karena membayangkan kenikmatan yang sebentar lagi akan aku rasakan.

Ia membuka bajunya dan kaosku. Kini kami berdua telanjang bulat. Hujan turun makin lebat, jam menunjukkan 23.00. Ia meremas-remas tetekku sambil mengocokkan jarinya ke lobang vaginaku.

“Pak, masukkan… aku sudah tidak tahan.”
“Aku juga tidak tahan, aku sudah 4 bulan tidak pernah berhubungan badan, aku ingin malam ini benar-benar puas, mungkin aku main sampai pagi,” timpal Pak Deni.
“Aku juga pak… Aku serahkan semua tubuhku pada Pak Deni. Tapi, oleskan minyak pelumas yang kusiapkan ini ke lobang vaginaku dan ke rudal Bapak agar aku tidak merasakan sakit.”

Aku siapkan parfum dan minyak pelumas yang harum.

“Bu… lobang Ibu kecil sekali,” katanya begitu ia mengoleskan minyak pelumas dicampur dengan ludahnya.

Kini Pak Deni mengangkangkan pahaku lebar-lebar. Pelan-pelan ia menindihiku. Aduh rasanya berat sekali. Ia arahkan rudal besar dan panjang itu lobang vaginaku. Ia menekan, tapi tak berhasil masuk. Kedua kalinya ia menekan lagi dan tidak juga berhasil masuk, aku menjerit kesakitan.

“Pertama rasanya agak sakit, karena lobang ibu kecil sekali, dan barang saya besar sekali, jauh tidak ngimbang,” katanya merayuku.

Ketiga kalinya ia mengolesi lobangku dengan minyak pelumas banyak sekali sampai meleleh ke lobang anusku, ia campur air ludahnya. Ia mengolesi juga rudalnya dicampur dengan ludahnya, kemudian ia menekan rudal besar, panjang, hitam dan keras sekali. Ia menekannya dengan tenaga yang super keras, akhir masuklah kepala rudal besar itu, dan aku pun menjerit kesakitan.

Ia terdiam, menahan sejenak, sambil menindihiku dan menciumiku, merayu dan berbisik ke telingaku.

“Ditahan sakit dahulu ya, nanti Ibu akan merasakan kenikmatan yang luar biasa.”
Aku mengangguk.
“Tahan ya, Bu, aku akan tekan lagi agar masuk semua,” bisiknya lagi.
Ia menekannya dengan tenaga yang keras, aku tidak tahan.
“Aduh.. sakit, Pak,” Jeritku tertahan sambil menggigit bibir.

Akhirnya barang itu trot… bleees… masuk semua. Rasanya rudal itu masuk menembus ke lobang rahimku. Kini beralih dari rasa sakit ke rasa nikmat yang luar biasa.

“Pak .. rasanya nikmat sekali.”

Semakin ganaslah Pak Deni menggenjotnya. Nyaring sekali bunyi lobang vaginaku akibat genjotan yang luar biasa. Nikmatnya luar biasa terasa sampai ke ubun-ubun, aku menggigil, meraung-raung kenikmatan.

“Aah… uuuh… uuh… aku… aku… mau mencapai puncak, Pak…”

Pak Deni menekan keras-keras. Aku pun mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Pak Deni sangat kuat dan bertahan lama, ia belum mencapai orgasme. Aku sudah lemas, tapi karena Pak Deni meremas-remas kembali tetekku dan menjelati vaginaku, aku mulai merangsang lagi.

Pak Deni menyuruhku nungging. Ia menusukkan kembali rudalnya dan mengocoknya dan menggenjot dari belakang, bunyinya semakin keras, ceprok… ceprok.. ceprok… sambil ia mengelus-ngelus lobang anusku. Ia ngambil minyak pelumas dan dioleskan ke lobang anusku, jarinya ditusukkan ke lobang anusku.

“Aduh… Pak!” jeritku.

Tapi ia pintar sekali menciptakan rangsangan baru. Ia kocok lobang anusku pelan-pelang dengan jarinya, lama-lama aku merasakan nikmat.
“Enak.. Pak… Nikmat… Pak.”

Akhirnya Pak Deni menambahi minyak pelumas ke lobang anusku, dan mencabut rudalnya dari vaginaku, ia oles-oleskan kepala rudalnya ke pintu anusku.

“Hangat rasanya, nikmat Pak, nikmat Pak.”

Kemudian menusukkan tepat ke lobang anusku dan menekannya. Akhirnya barang besar itu masuk juga. Cepret… prot… ia tekan pelan-pelan hingga separuh penis itu. Ia mendorongku agar aku tengkurep. Begitu tengkurep ia menindihku, menekankan lagi sisa separuhnya. Aduh nikmat sekali rasanya di anus. Sampai terasa ada cairan muncrat dari dalam lobang anusku. Ia terus mengocok dan menggejot semakin cepat, aku merasakan nikmat sambil menahan genjotan. Prot… prot… druuuuut. Semakin ganas ia menggenjot sampai aku terkentut-kentut dibuatnya. Akhirnya Pak Deni mencapai puncaknya dan muncratlah pejunya memenuhi lobang anusku.

Malam itu aku benar-benar merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku disetubuhi oleh Pak Deni sampai 4 kali hingga pagi.

Pak Deni guru olah raga yang humoris. Setelah kejadian yang pertama itu aku masih sering ke sekolahan tapi aku sering menghindar untuk ketemu Pak Deni karena malu dengan kejadian yang kualami itu, kecuali banyak teman-teman.

Pada suatu ketika aku duduk berjauhan dari tempat olah raga, tapi aku melihat Pak Deni memperhatikan aku dari kejauhan, dan waktu itu kebetulan sepi tidak ada ibu-ibu yang lain. Pak Deni memandangi aku, aduh .. aku rasanya malu, kemudian ia duduk di sebelahku dan bertanya.

“Bagaimana, Bu… Masih terasa sakit dan nyelunya. Maafin aku ya, Bu..”
“Enggak kok udah enggak… Memang sehabis berhubungan badan dengan Pak Deni itu terasa lobang vaginaku terganjal oleh sesuatu sampai dua hari,” jawabku sambil tersenyum malu.

Pernah suatu malam aku diajak nonton film BF oleh suami, aku pura-pura menolaknya, tapi suamiku memaksa dengan merayuku.
“Bagus kok filmnya dan agar kita nanti lebih hangat lagi. Kebetulan film itu antara orang hitam dan wanita Jepang.”

Ketika melihat kemaluan orang hitam aku terbayang barang Pak Deni.
“Pa.. besar dan panjang sekali anunya… sampai perempuannya menggeliat-geliat, menggigit bibir, dan ngerinti-rintih, sakit kali ya, Pa ..” bisikku pada suamiku.
“Tidak justeru itu ia merasakan puncak kenikmatan.”
“Kalau punya Papa… seperti itu asyik ya, Ma ..” bisik suamiku.
“Ah, mana mungkin. Papa kan orangnya kecil dan pendek, sedangkan dia tinggi besar.”

Suamiku berbisik lagi sambil meraba barangku: “Mungkin punya Pak Deni seperti itu ya, Ma..”

“Enggak tahu ya, Pa.. Kok Papa bilang begitu?” jawabku dengan perasDeni terangsang.
“Ya soalnya dia pernah cerita pada saya.”
“Apa ceritanya, Pa ..?”
“Dia kalau berhubungan badan dengan isterinya, sebelum ia cerai, isterinya sampai sambat-sambat. Padahal isterinya juga tinggi besar, bagaimana kalau isterinya kecil seperti kamu?”
“Papa… kok isterinya Pak Deni dibandingin ke Mama..” sambil kuremas barangnya dengan gemes.
“Orang hitam itu kuat dan ganas mainnya, lihat tu Ma..”
“Papa…” aku jadi merangsang suamiku.

Kemudian filmnya dihentikan kami main dengan sangat hot sekali, tapi tidak se-hot waktu main dengan Pak Deni.

Besok harinya aku semakin ingin dipijet lagi oleh Pak Deni. Aku terbayang terus, setelah nonton adegan orang hitam dengan perempuan Jepang di film itu. Malam minggu kurang tiga hari. Pikiranku membayangkan apa yang akan terjadi pada malam minggu nanti setelah aku dipijet oleh Pak Deni.

Aku masih terbayang ketika barang Pak Deni yang besar, panjang dan keras itu mulai memasuki pintu kemaluanku. Aku rasanya mau menjerit karena bercampur antara sangat nyilu dan nikmat dan hangat. Aku masih terbayang waktu ia mengecup bibirku dengan gemes sambil mengayunkan barangnya ke lobang kenikmatanku dengan diiringi bunyi ceplak.. ceplok.. srook… Belum hilang dari bayanganku barang yang kepala lebih dari batang bagian tengah dan pangkalnya itu ketika dicabut dari lobang vaginaku berbunyi trooot.. ceplok… Apalagi waktu barangnya dimasukkan lobang anusku yang awalnya terasa sakit lalu dengan pandainya permainan Pak Deni rasa sakit itu rasa nikmat yang sulit kubayangkan.

Kini tibalah malam minggu, malam yang kunanti-nantikan. Suamiku, sebagaimana biasanya, mempersilakan Pak Deni masuk. Sebelum memulai memijet, Pak Deni ngobrol dulu dengan suamiku. Sementara itu aku membuatkan kopi untuk mereka berdua.

Tak lama kemudian suamiku mulai diurut. Sedang enak-enaknya diurut, tiba-tiba ada telpon dari Bosnya. Aku pun memanggil suamiku.

Setelah berbicara di telepon beberapa lama dengan bosnya, ia berkata padaku bahwa ia diajak ke luar kota untuk urusan bisnis. Lalu ia memberiku uang agar diberikan ke Pak Deni nanti setelah aku selesai diurut.

Dalam hati sebetulnya aku merasa sangat terangsang. Pikiranku membayangkan bahwa aku dan Pak Deni sebentar lagi akan melakukan sesuatu yang kenikmatannya sulit aku bayangkan.

Setelah selesai diurut, suamiku mandi, sementara aku mempersiapkan pakaian untuknya. Aku mengantarkan suamiku sampai di pintu melepas keberangkatannya. Setelah itu aku menutup dan mengunci pintu.

“Sebentar ya Pak, teruskan dulu minum kopinya, aku mau ganti baju,” kataku pada Pak Deni.

Aku memakai sarung dan kaos yang tipis, tanpa memakai CD dan BH, karena aku membayangkan sebentar lagi aku akan melakukan hubungan badan yang luar biasa.

“Gaya apa saja malam ini yang akan dilakukan oleh Pak Deni terhadapku?” tanyaku dalam hati sambil berganti pakaian. Kusemprotkan parfum yang istimewa ke tubuhku.

Aku keluar dari kamar utamaku kemudian duduk dulu di ruang tamu bersama Pak Deni. Pak Deni tersenyum. Aku pun membalas senyumannya dengan memberi isyarat yang ia pahami maksudnya.

Kemudian Pak Deni mengajakku ke kamar tempat urut biasanya. Sepertinya Pak Deni sudah tidak sabar lagi. Aku mulai tengkurep. Pak Deni tidak mengurutku seperti biasanya karena nafsunya yang sudah sangat menggelora.

Ia menyingkap sarungku sampai ke panggulku. Ia mengelus-elus pahaku dan meremas-remas pinggulku. Ia ciumi pahaku dan pinggulku. Aku kini sudah tak berdaya karena lama aku menyimpan nafsu birahi.

“Pak .. malam ini aku ingin benar-benar puas, seperti puasnya perempuan Jepang yang digauli oleh orang hitam di dalam film BF,” rintihku.

Pak Deni dengan nafsu yang menyala-nyala dan ganas bertanya kepadaku.

“Ibu nonton film BF? Bagaimana ceritanya?”
“Laki-lakinya seperti Pak Deni, barangnya sangat besar dan panjang. Ia dengan ganasnya mengocok perempuan Jepang sampai berkali-kali. Ia merintih-rintih, lalu ia tergeletak lemas dengan memperoleh kepuasan yang luar biasa. Pak Deni.. Aku juga malam ini ingin seperti perempuan Jepang itu.”

Kemudian Pak Deni membalikkan tubuhku. Kini aku terlentang, dan Pak Deni dengan mudah membuka sarung. Memang aku sebelumnya tidak memakai CD. Ia mengangkangkan kedua kakikuku, lalu ia menciumi kemaluanku sambil meludahi lobangnya dan meremas-remas payudaraku. Kini aku tak kuasa lagi menahan nafsuku, rasanya ingin meledak.

Pak Deni membuka baju kaosnya dan celana dan CD-nya. Barang Pak Deni luar biasa tegak dan keras, besar dan panjang. Kemudian ia membuka kaosku. Kini kami berdua telanjang bulat dengan sinar yang cukup terang. Sehingga nampak jelas urat-urat kemaluan Pak Deni yang siap menerjang lobang kemaluanku.

Pak Deni merebahkan tubuhnya kemudian memelukku dengan gemes dan mengecup bibirku sambil menggigit-gigitnya, sementara penisnya dijepitkan ke antara kedua pahaku. Terasa hangat di pangkal kedua pahaku sambil barangnya bergerak-gerak. Kini Pak Deni sudah tidak sabar lagi, akupun juga. Pak Deni menindihku.

“Aduh… Pak… berat sekali badan Bapak,” kataku terengah-engah di bawah himpitan tubuhnya.

Pak Deni mengangkangkan pahaku seperti V. Ia meludahi lobangku dan barangnya agar licin dimasukkannya.

Begitu banyak Pak Deni meludahi lobangku sampai meleleh ke pintu lobang anusku. Pak Deni mengarahkan barangnya yang sangat besar, panjang dan keras itu ke lobang vaginaku yang kecil tapi montok. Ia menekannya tapi pertama dan kedua kali tidak berhasil Masuk.

“Aduh.. Pak.. Pelan-pelan, Pak,” jeritku.
“Katanya ingin puas ngerasain keganasan barangku?” Pak Deni berbisik dengan suara terengah-engah.
“Nanti, Pak.. kalau sudah masuk semua. Sekarang pelan-pelan dulu.”

Ketika ia menekan kembali, akhirnya penisnya berhasil menerobos lobang kenikmatanku. Croook… Trooot… Bleees… Kemudian ia menindihiku. Kini tubuh tinggi, besar dan kekar itu menindihi diriku yang kecil mungil. Ia mulai menggenjotku. Mula-mula ia mengayunkan pinggulnya pelan-pelan. Makin lama makin keras dan ganas, sambil menekan. Ketika ia dengan ganasnya menekan penisnya sampai rasanya nyelu dan ngenyut, sambil memelukku dengan gemes dan ganas.

“Aduh.. Pak!” aku berteriak kecil.

Ia terus menggenjotku dengan tenaga yang kuat dan kerasa sampai aku terkentut karena menahan genjotannya. Memang nikmat sekali, nikmat yang luar biasa. Kemudian aku menggelinjang sambil merintih dan menjerit. Sroot… Aku memcapai puncak kenikmatan. Dan Pak Deni kuat sekali, ia belum juga orgasme.

“Udah dulu, Pak…” kataku dengan suaraku terengah-engah.
“Ibu tengkurep. Aku ingin masuk ke lobang belakang. Aku akan keluarkan spermaku di lobang belakangmu,” bisiknya padaku.

Aku mulai tengkurep, dan Pak Deni mulai menindihku. Ia meludahi lobang anusku sambil menusukkan jarinya. Aduh rasanya… Kemudian ia menusukkan rudalnya ke lobang anusku. Setelah empat kali tekan baru bisa masuk. Ia menggenjot dengan ganasnya. Makin lama makin keras kocokan dan genjotannya, lalu muncratlah air hangat ke dalam lobang anusku. Aduh… nikmat lagi walaupun baru saja aku mencapai orgasme.

Minggu, 13 Maret 2016

Dulu Menolak Sekarang Meminta Minta




 Dulu Menolak Sekarang Meminta Minta


Aku, riyans, adalah seorang laki-laki yang sudah beristri dan mempunyai seorang anak yang sudah berumur 7 tahun dan sudah bersekolah di kelas 1 SD. Karena anak kami masih kecil dan jarak antara rumah kami dengan SD tempat anak kami bersekolah cukup jauh maka setiap hari istriku mengantarkan anak kami ke sekolah.

Kami mempunyai tetangga, suami istri, yang sudah sangat akrab dengan kami. Istrinya, sebut saja Riri, sangat akrab dengan istriku sehingga hampir setiap hari ia bermain ke rumah kami, dan kalau berkunjung ke rumah kami biasanya ia langsung masuk tanpa mengucapkan salam atau membunyikan bel. Suaminya sendiri bekerja di perusahaan swasta yang seringkali pulang malam dan kebetulan mereka belum dikaruniai anak.


Riri biasa memanggil istriku dengan sebutan Teteh sedangkan kepadaku ia biasa memanggil Mas Ary. Ia adalah seorang wanita yang cantik, kulitnya putih bersih, dan bodinya pun menggiurkan namun sangat bersahaja dan lugu, tak pernah neko-neko, baik dalam cara berpakaian maupun cara bergaul, pokoknya polos. Kalau berkunjung ke rumah kami biasanya ia hanya memakai daster, atau kadang-kadang memakai kain, namun bagiku hal tersebut menjadikan dia sangat seksi.

Aku merasa sangat senang kalau ia berkunjung ke rumah kami dan berlama-lama mengobrol dengan istriku sebab aku bisa berlama-lama pula mengintipnya dari balik garden kamar memperhatikan tubuhnya yang bahenol. Bahkan kalau sudah tidak tahan aku pun melakukan onani sambil mengintipnya dan membayangkan seandainya tubuh Riri itu bugil dan aku menggumulinya. Bahkan tidak jarang ketika aku sedang menyetubuhi istriku pikiranku berfantasi seolah-olah aku sedang menyetubuhi Riri, dan memang dengan berfantasi seperti itu aku merasakan kenikmatan yang lebih dari biasanya.

Namun aku sering merasa kesal karena orang yang sering kubayangkan tersebut selalu bersikap acuh terhadap diriku. Aku sering mencoba memancing ke arah pembicaraan yang agak menjurus namun ia tidak pernah menanggapinya, bahkan pura-pura tidak mendengarnya. Sikapnya tersebut membuat diriku semakin merasa penasaran.

Pada suatu hari istriku minta izin kepadaku untuk pergi ke rumah saudaranya yang rumahnya agak jauh, setelah pulang dari sekolah anak kami, dan diperkirakan baru akan pulang ke rumah sore harinya. Aku pun tidak berkeberatan karena aku pun tidak akan pergi ke mana-mana sehingga tidak khawatir dengan keadaan rumah kami. Aku pun bersantai-santai saja di rumah sambil menyetel vcd porno yang tidak berani kusetel bila anak kami sedang berada di rumah. Aku menikmati tontonan yang merangsang tersebut sambil membayangkan bahwa yang bermain di dalam film porno tersebut adalah aku dan Riri. Aku terhanyut dalam bayangan bahwa diriku sedang menggumuli tubuh bugil Riri. Kebetulan sudah seminggu kontolku tidak mendapat jatah karena istriku sedang berhalangan. Kontolku sudah sangat ngaceng.

Sedang asyik-asyiknya aku menonton sambil mempermainkan kontolku tiba-tiba pintu yang lupa aku kunci dibuka orang sehingga kontan kumatikan vcd player yang sedang kusetel.

Ternyata yang membuka pintu tersebut adalah Riri yang langsung masuk sambil memanggil-manggil istriku:

“Teh ……. Teh ……”. Ia memakai kain dan baju atasannya agak terbuka atasnya, sehingga pangkal buah dadanya yang putih mulus dan montok terlihat sedikit.

Kain yang dipakainya agak basah, mungkin ia baru selesai mencuci sehingga pinggulnya tercetak dengan jelas dan aku tidak melihat garis segitiga di balik kain yang dikenakannya itu sehingga aku berkeyakinan bahwa ia tidak memakai celana dalam. Hal itu menyebabkan aku semakin terangsang.

“Mas, Tetehnya ke mana?” tanyanya.
“Ke rumah saudara, pulangnya nanti sore!” jawabku,
“Memangnya mau apa sih Ri?” tanyaku.
“Anu Mas, mau pinjam seterikaan, kepunyaan saya rusak”. Datanglah setan membisikkan ke dalam diriku bahwa aku harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mewujudkan hal yang selama ini selalu menjadi fantasiku.

Aku berkata:

“Biasanya sih di kamar tidur, ambil saja sendiri!”, padahal aku tahu bahwa seterikaan tersebut tidak disimpan di kamar tidur.

Ketika Riri pergi ke kamar tidur untuk mencari seterikaan aku segera mengunci pintu agar tidak ada orang lain yang mengganggu rencanaku. Kontolku sudah sangat keras karena ingin segera mendapat jatah.

Dari dalam kamar tidur terdengar Riri berkata:

“Kok enggak ada Mas, di sebelah mana ya?” Aku pun masuk ke kamar tidur dengan hanya mengenakan sarung tanpa memakai celana dalam supaya rencanaku tidak terhambat dengan cd.

Nampaknya Riri tidak menaruh curiga apa-apa.

“Mungkin di bawah tempat tidur!” kataku. Kemudian Riri pun melihat ke bawah tempat tidur, tentu saja sambil menungging.

Ketika Riri menungging aku melihat sebuah pemandangan yang sangat indah dan sangat menggairahkan. Pantat Riri yang bahenol tercetak ..pada kain yang dikenakannya, dan sekali lagi aku yakin bahwa Riri tidak memakai celana dalam karena aku tidak melihat garis segitiga pada pantatnya yang bahenol itu.

Karena sudah tidak tahan maka aku pun segera memeluk tubuh Riri dari belakang sambil menggesek-gesekkan kontolku pada pantatnya. Ternyata Riri memberikan reaksi yang tidak kuharapkan. Ia meronta-ronta berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukanku sambil memaki-maki diriku,

“Mas apa-apaan sih? Lepaskan diriku, aku tidak mau melakukan ini, kamu bajingan Mas, tidak kusangka!” Melihat reaksinya yang seperti itu pada mulanya aku pun merasa ragu untuk melanjutkan perbuatanku, namun rupanya bisikan setan lebih dahsyat daripada akal sehatku, sehingga walaupun Riri meronta-ronta sambil memaki-maki aku tidak peduli, bahkan aku semakin bernafsu.

“Ampun Mas, lepaskan aku, aku tidak mau melakukan hal yang seperti ini!” Riri berkata sambil menangis dan meronta-ronta.

Aku semakin ganas, kuhempaskan tubuh Riri ke atas tempat tidur sambil kutarik kainnya secara paksa sehingga kain tersebut lepas dan terlihatlah kemaluan Riri yang ditumbuhi bulu yang lebat. Aku pun semakin bernafsu, aku berusaha untuk membuka pakaian bagian atasnya, namun aku mendapat kesulitan karena Riri selalu mendekapkan tangannya erat-erat di daarya sambil terus menangis, kakinya pun selalu dirapatkan erat-erat sambil menendang-nendang sehingga aku mendapat kesulitan untuk memasukkan tubuhku di sela-sela pahanya.

Mungkin karena sudah lelah atau karena lengah pada suatu kesempatan aku mendapat kesempatan untuk merenggangkan pahanya dan tubuhku berhasil masuk ke sela-sela pahanya. Dari sana aku berusaha untuk melepaskan pakaian bagian atas Riri dan sekaligus bh-nya yang pertahankan dengan gigih, sambil meronta-ronta, menjerit-jerit, memukul, dan mencakari tubuhku.

Akhirnya aku berhasil menyobekkan pakaian bagian atasnya dan melepaskan bh-nya, dan aku pun berhasil mendaratkan bibirku pada susunya yang masih keras, maklum belum dipakai menyusui, kecuali suaminya. Tidak ayal lagi aku pun menciumi susunya dan sesekali mengulum putingnya dan menyedotnya. Diperlakukan demikian Riri mendesah, namun ia masih terus melakukan perlawanan dengan cara meronta-ronta sambil menangis, walaupun rontaannya sudah agak melemah, entah karena kecapekan entah karena mulai terangsang.

Sejalan dengan itu pertahanan pahanya pun mengendur sehingga lambat laun kontolku yang sudah super tegang berhasil menyentuh bagian luar memeknya dan kugesek-gesekkan kontolku untuk mencari lubang yang selama ini aku idam-idamkan.

Akhirnya kontolku berhasil menemukan lubang idaman tersebut, dan secara perlahan tapi pasti aku pun memasukkan kontolku ke dalam lubang tersebut. Ketika kontolku berhasil melakukan penetrasi ke dalam lubang memeknya serta merta terdengar mulut Riri mendesah dan merintih, badannya pun menjadi lemas, perlawanannya mengendur, dan ketika penetrasi kontolku kusempurnakan dengan tekanan yang mantap ia pun menjerit tertahan,

“Aaaaaaahhhh ……… Maaaassssssss …………..”. Inilah reaksi yang sangat aku harapkan...

Ketika kontolku aku naikturunkan dengan cepat pantat Riri pun mengimbanginya dengan gerakan sebaliknya. Sekarang bibirku pun dengan leluasa tanpa hambatan bermain di puting susunya, sesekali aku bergerilya di ketiaknya yang ditumbuhi bulu yang lebat, aromanya yang agak bau keringat sangat aku senangi sehingga semakin meningkatkan gairahku. Tangan Riri yang tadinya dipergunakan untuk memukuli dan mencakar tubuhku kini ia pergunakan untuk memeluk dan mengelus-elus punggungku.

Tadinya ia menangis dan menjerit-jerit karena menolak kini ia menjerit-jerit dan mendesah serta mengerang karena gairah yang memuncak.

“Aaaaaahhhhhh ……..…….. Eeeeeeeemmmmmmhh ……… Aduuuuuuuhhhhhhh ………. Ssssssshhhhhhh ………. Sssssssshhhhh ………… sssssshhhhhhh ………. Hhhhhhhmmmmmmmhhh ………….. Maaaaassssssss ……….. Nikmaaaaaaaaatttttttt”.

Riri meladeni semua permainanku dengan sangat agresif, kami berguling-guling di atas tempat tidur, kadang aku di atas kadang Riri yang di atas. Nampak sekali ia sangat menikmati permainan ini, sama sekali tidak tampak bekas-bekas penolakannya.

Ketika aku suruh dia menungging untuk melakukan posisi dog-style ia menolak,

“Jangaaaaaan Masssssssss, jangan dari dubuuuuur …… aku tidak suka, jijiiiiiiiiikkkkk” Rupanya ia mengira bahwa aku akan menyodominya karena oleh suaminya ia tidak pernah disetubuhi dari arah belakang.

Aku pun memaksanya untuk menungging, posisi yang sangat aku sukai ketika bersetubuh dengan istriku. Dengan terpaksa Riri menuruti keinginanku. Pemandangan yang aku lihat saat Riri menungging semakin meningkatkan birahiku, pantatnya yang putih dan bulat serta memek berbulu yang terjepit oleh pahanya, aaaahhhh …….. sungguh menggairahkan. Segera aku arahkan kontolku yang masih sangat tegang itu ke arah memeknya yang terjepit oleh paha mulus.

Ketika kontolku secara perlahan-lahan masuk ke dalam memeknya, Riri menggelepar-gelepar …..sambil kelojotan merasakan sensasi yang baru ia rasakan setelah beberapa tahun menikah.

“Aaaaaaaaawwwwww ………….. Maaaassssssss ……….. Enak sekaliiiiiiiiiiiiii ……….. Terus Maaassssss jangan lepaskan kontolmuuuuuuuuuu ………. Adduuuuuuuuhhhhhhh ……….. teruuuuuus tekaaaannnnnnnnn yang keraaaaaaaaassss …….. kalau bisa dengan kanjutnyaaaaaaaa ……….!
Tangannya menggapai-gapai ke belakang ingin menarik pantatku agar kontolku masuk lebih dalam lagi.

Dengan leluasa pula kedua tanganku mempermainkan susunya yang menggelantung dengan indah. Maka erangan Riri pun semakin menjadi-jadi karena ia mendapat kenikmatan dari dua arah. Memeknya yang aku kocok terus dengan kontolku dan susunya yang terus aku permainkan dengan tanganku.
Riri pun menjerit dan mengerang dengan histeris, mulutnya meracau mengeluarkan kata-kata jorok yang semakin merangsang diriku.

“Maaaaaasssss ……….. jangan lepaskan kontolmu dari memekku, puaskanlah memekku dengan kontolmuuuuuuuu ……….. aku baru merasakan kenikmatan yang seperti ini, kontoooooolllllllll …………. Aaaaawwwww ………. Maaassssss, aku ingin agar kontolmu terus berada di dalam memekku ……. Aaaaaaaahhhhhhhhh ……….. sssssshhhhhhhhhhhhhh ………… sssssshhhhhhhhhh …………..

Kucabut kontolku dari memek Riri karena aku sudah merasa agak lelah dengan posisi tersebut.

Riri menyangka bahwa aku akan menyelesaikan eweanku terhadap dirinya, ia marah-marah dan meminta agar aku segera memasukkan lagi kontolku ke dalam memeknya,

“Mas jangan dicabut dong kontolnya, Aku belum orgasme nih! Ayo masukkan lagi! Aaaaahhhhh ……….. Kontolmu Maaaaasssss ………”. Namun aku mempunyai rencana lain. Aku minta agar Riri berbaring telentang dengan kaki menekuk.

Aku segera mengarahkan mukaku ke memeknya, mula-mula aku jilati bagian dalam pahanya, kemudian aku jilati memeknya dan aku hisap itilnya. Diperlakukan demikian kontan Riri menjerit karena ia tidak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu, dan memang ia tidak pernah diperlakukan demikian oleh suaminya. Suaminya sangat konvensional.

“Aaaaaawwwwww ……………… Maaaaaassssss ………. Geliiiiiiiiiiii …….. tapi nikmaaaaaaatt ………. Terus Mas hisap itilkuuuuuuuu ………, jilat memekkkuuuu ……… agak ke bawah Masss, ya …….. ya …….. benar disitu Maaaaasssss, ………. Aaaaaaaawwwwwww ………. Maaaasssssss …….. mana kontolmu …. Kesinikan …….. aku ingin mengulumnya ……..” Maka aku pun berputar untuk menyodorkan kontolku ke melut Riri, dan kami pun mempraktekkan posisi 69. Kontolku dijilati oleh Riri, kadang-kadang dikenyotnya dalam-dalam. Aku pun mengerang sambil terus menghisap memek Riri yang sudah dipenuhi oleh lendir.

Ketika aku merasa bahwa aku akan mencapai orgasme aku pun mencabut kontolku dari mulut Riri dan segera memasukkannya ke dalam memeknya sambil terus digenjot. Nampaknya Riri pun sama akan mencapai orgasme, gerakan pantatnya semakin liar, desahannya semakin kerap. Dan ketika aku merasa ada yang mendesak di dalam kontolku aku pun menekankannya keras-keras ke dalam memek Riri sambil memeluk tubuhnya erat-erat, Riri pun demikian pula, ia memeluk tubuhku erat-erat sambil menahan tekanan kontolku.

Maka kami pun mengalami orgasme secara bersamaan dan kami pun sama-sama mengeluarkan suara erangan yang panjang sebagai tanda bahwa kami berada pada puncak kepuasan.

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh …………. Ssssssshhhhhhhhhhhh …………….. Maaaaaaaaaaasssssss ………….., Heeeeeeeeeennnnnnnn. Tubuh kami pun terkulai bermandikan keringat, Riri memeluk erat-erat tubuhku seolah-olah tidak mau lepas selamanya.

Ia berbisik dengan manja sambil nafasnya terengah-engah, “Mas maaf yah atas kelakuanku terhadap Mas Ary tadi! Tadinya Riri kira ngewe itu dengan siapa pun rasanya sama saja, ternyata ngewe dengan Mas Ary itu beribu-ribu kali lebih nikmat dibandingkan dengan ngewe bersama suami Riri. Terus terang saja kadang-kadang Riri merasa bosan ngewe dengan suami Riri karena ia hanya mementingkan diri sendiri.

Baru kali ini Riri mengalami yang namanya orgasme.

‘Ah kontol Mas Ary sangat perkasa, aaaahhhhh ………. Kontooooooool……. Kamu ini kok nikmat sekali!”. Sambil berkata demikian ia mempermainkan kontolku sehingga kontolku tegang kembali.

Melihat kontolku sudah ngaceng kembali Riri merengek meminta ngewe kembali.

“Mas, ngewe kembali yu? Tuh kan kontolnya sudah tegang kembali, Riri akan meladeni Mas Ary sampai kapan pun kontol Mas Ary sanggup menancap di dalam memek Riri! Ayo dong Mas!” Aku pura-pura tidak mau (padahal nafsu sih sudah sampai ke puncak ubun-ubun)
“Enggak mau ah nanti suamimu keburu pulang, lagi pula Riri kan mau menyeterika, kita cari saja seterikaan itu”.
“Enggak Mas, suamiku sedang pergi ke luar kota, baru besok ia pulang. Soal seterikaan sekarang sudah menjadi …
…nomor ke berapa, jauh lebih penting kontolmu Mas dibanding dengan seterikaan. Menyeterika itu seringkali terasa membosankan tetapi ngewe denganmu rasanya aku tidak akan pernah bosan maaaaaasss ……. Cepet doooongngng ……… coba raba memekku Mas, sudah sangat basaaahhhh masssss, ayo doooooong ……., kontoooooollllll …….”, Riri menjawab, ia tetap merengek meminta agar aku memasukkan kontolku ke dalam memeknya, namun aku diam saja seperti tidak mau.

Karena aku tidak bereaksi maka Riri pun mengambil inisiatif, ia segera naik ke atas tubuhku, menciumi dadaku, menyodorkan susunya ke mulutku agar kuhisap, menyodorkan ketiaknya agar aku menjilatnya, dan menyodorkan memeknya ke mukaku,

“Mas, jilat dong memekku, hisap itilnya sesukamu, aku inghin mendapat kenikmatan lagi, silahkan dong Maaasssss …..!”. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan yang menggairahkan ini, segera aku menjilati memeknya dan menghisap itilnya, kadang-kadang menggigitnya.

Diperlakukan demikian Riri mendesah dan mengerang sambil pinggulnya tidak henti-hentinya menggelinjang,

“Aaaahhhhh ……… Maaasssss ……… terus beri aku kenikmataaaaaan, aaaawwwww …….. jangan terlalu keras menggigitnya dooooong Mas, aaahhhhhhhh ………. Ssssshhhhhhh ……… ssssssshhhhhhh ……….. nikmaaaaaaat ……….”.

Tidak lama kemudian ia mengarahkan lubang memeknya ke arah kontolku yang memang sudah ngaceng dari tadi dan kontolku pun menyambutnya dan terus melakukan penetrasi sambil terus kunaikturunkan pantatku untuk mengimbangi goyangan pantat Riri.
“Aaaaaaaaaaaahhhhhhhh ……….. ssssshhhhhhh ……..”, Riri pun menjerit karena merasa senang diperlakukan demikian,

“aaaaaahhhhh …….. hmmmmmhhhhhh ………. Massssssss …….. terus tancapkan kontolmu ke dalam memekku ……… ssssshhhhhhhh ……. aku rela maaaasssss …….. Maaassss bulu kanjutmu menambah kenikmatan memekku maaaaasssss …….. aaaahhhhhhh ……. Kontoooollllll ……..

Setelah berlangsung agak lama Riri meminta aku mencabut kontolku dan menusuknya dari belakang,

“Maaaaasssss …….. cabut dulu kontolmuuuuuuuu …….. aku ingin ditusuk dari belakang aaaaahhhhhhhh ……… cepet maaasssss tusuk memekku dari belakaaaaaaang ……… Maaaaassssss …….. aaaaaaaahhhhh …….. sssshhhhhhhh …….. Maaassssss …….. Riri memang hebat, kini ia sangat agresif dan pandai merangsang serta memuaskan lawan mainnya. Ia langsung bisa mengimbangi permainanku dalam bersetubuh.

Kami pun melakukan berbagai variasi dan posisi dalam bersetubuh, dan kami selalu mengalami orgasme secara bersamaan.

Sejak saat itu aku dan Riri sering melakukan persetubuhan, tergantung siapa yang lebih dulu menginginkan maka dialah yang menghampiri lebih dulu. Kadang-kadang Riri datang ke rumahku ketika istriku sedang tidak ada di rumah. Kadang-kadang aku yang datang ke rumahnya ketika suaminya sudah pergi. Tidak jarang ketika aku datang ke rumahnya Riri sedang mencuci pakaian di kamar mandi maka kami pun bersetubuh di kamar mandi, kadang-kadang kami bersetubuh di dapur kalau kebetulan ia sedang memasak, kadang-kadang pula kami melakukannya dengan berbasah-basah di lantai bila ia sedang mengepel. Dan setiap variasi persetubuhan yang kami lakukan selalu memberi sensasi baru kepada kami.

Riri semakin sering berkunjung ke rumahku, walaupun sedang ada istriku. Kalau ia berkunjung ke rumahku dan istriku sedang di kamar mandi atau sedang ke warung kami memanfaatkan waktu yang sebentar tersebut dengan seefektif mungkin untuk ngewe atau sekedar saling mempermainkan kemaluan kami masing-masing. Atau kalau kami berpapasan maka tangan Riri tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk menjawil kontolku dan aku pun selalu mencubit memeknya yang memang seolah-olah ia sodorkan untuk kucubit atau kujawil dan kuremas susunya.

Kini, setelah aku mempunyai lubang kenikmatan yang baru, yaitu memek Riri, aku pun tidak terlalu banyak menuntut kepada istriku, demikian juga Riri, ia tidak lagi suka meminta jatah kepada suaminya.

Ah Ririiiiiii …….. Riri, dulu kamu menolak, kini kamu meminta-minta ……

Sabtu, 12 Maret 2016

Keperawanan Ku Di Renggut Paksa Oleh Abang Iparku


 Keperawanan Ku Di Renggut Paksa Oleh Abang Iparku



Tidak sedikitpun yang terbersik untuk menyakiti Kak Dian (samaran) kakak kandungku sendiri. Saya cuma tidak kuasa melawan godaan sex dari Mas Ferry (samaran), suaminya, hingga kami ikut serta jalinan seksual yang demikian jauh. Kakak Ipar ku itu sudah merenggut kegadisanku. Serta saya jadi terbuai serta tergoda oleh Ipar ku yang perkasa itu.


 Keperawanan Ku Di Renggut Paksa Oleh Abang Iparku


Narasi sex ku ini diawali saat saya tinggal dirumah kak Dian sesudah pembantunya mengambil keputusan untuk berhenti bekerja dirumah itu. Mulai sejak waktu itu, kak Dian terlihat kewalahan mengurus tempat tinggalnya, manalagi mesti mengurus suami serta ke-2 orang anaknya yang masihlah kecil. Karenanya, saya tawarkan diri untuk tinggal bersamanya. Kalkulasi - kalkulasi saya dapat memperingan bebannya.

Tawaranku disambut baik kak Dian, di jadi begitu bersukur saya ingin tinggal bersamanya, mengurusi anak-anak, serta membereskan tempat tinggal.

Saya sendiri telah satu tahun lebih menganggur. Sesudah lulus sarjana th. 2008 waktu lalu, saya cuma menggunakan waktuku dirumah. Saya memanglah tak pernah berupaya mencari kerja, lantaran saya fikir saya anak wanita serta pada akhirnya bakal mengurus rumah tangga serta suami nantinya. Dirumah kak Dian saya dapat juga menghibur diri. Semuanya sarana komplit. Saat kak Dian serta suaminya pergi kerja, saya juga dapat memakai semuanya yang ada dirumah. Dari mulai makanan yang serba ada, nonton film hingga main playstation.

Saya cuma mengurusi dua anak kak Dian, itu juga tak perlu sangat ribet, lantaran mereka telah cukup besar untuk diperingatkan. Praktis pekerjaan yang berat, cuma mempersiapkan makan minum untuk kak Dian serta suaminya. Kemudian saya dapat bebas kembali. Itu penyebabnya saya kerasan tinggal dirumah.

Tiap-tiap habis gajian, suami kak Dian Ferry senantiasa memberiku duit jajan yang agak banyak untuk beli kosmetik serta baju. Jadi, mereka menginginkan supaya tinggal dirumah itu saja selama-lamanya. Walau tuturnya saya telah menikah kelak, saya masihlah dapat tetaplah tinggal dirumah itu. Tempat tinggal kak Dian memanglah cukup luas untuk menyimpan dua keluarga. Jumlah kamar saja ada lima biuah, ditambah ruangan tamu serta ruangan keluarga yang begitu lega.

Bln. ketujuh saya tinggal dirumah itu, suami kak Dian sakit. Ia alami patah tulang sesudah alami kecelakaan di perbatasan kota. Ferry mesti istirahat sepanjang dua bln.. Lantaran kak Dian repot kerja, saya yang perlu menggantikannya mengurus mas Ferry. Dari mulai keperluan makan, minum hingga ini serta itu semuanya saya kerjakan. Maklumlah kak Dian wanita karir yang begitu repot. Ia baru dapat pulang saat malam hari.

Dari sinilah bencana bermula. Diam-diam, mas Ferry kerap memerhatikanku. Saya begitu sadari itu, namun saya berupaya untuk sembunyikannya. Lama - lama mas Ferry lebih berani ia mulai memegangi tanganku serta coba merayuku untuk terkait sex, saya cuma diam serta berupaya menghindar dari rayu rayunya, karenanya kuanggap cuma hanya gurauan belaka.

Satu siang saat saya tidur lelap didalam kamar, mendadak ada beban berat yang menindih badanku. Saya pernah terkejut kaget serta berupaya berontak, tetapi kemampuan itu semakin dahsyat menindihku. Tidak kuasa saya melawan semua, serta pada akhirnya, mas Ferry....
Mulai sejak tersebut petualangan cerita sex kami berawal. Tidak ada rasa lagi rasa berontak dalam diriku jadi, saya jadi lupa bila Ferry yaitu kakak iparku. Kami memerankan petualangan porno itu tanpa ada batas. Saya serta Ferry benar - benar merengkuh kesenangan seksual, tanpa ada pernah tercium oleh kak Dian. Hingga detik ini juga kami masihlah menjalaninya. Kapan mengakhirinya, saya juga tidak tahu

Minggu, 06 Maret 2016

Nikmatnya Perawanan Viona Waktu SMA



 Putra Mendapat Perawanan Viona Waktu SMA


Cerita ini berisi pengalamanku waktu masih sekolah di sebuah SMU di Jakarta. Putra adalah namaku. Pengalamanku berawal dari apa yang pernah aku alami di sekolah SMU di Jakarta.

Sejak pertama aku masuk sekolah ini aku berkenalan dengan banyak teman cewek yang kebetulan sebagian dari etnis cina. Temen satu kelas yang jumlahnya 36 siswa 20 cewek. Kebetulan kelas yang aku masukin adalah kelas yang kurang menonjol dari segi prestasi belajar, tetapi kelasku sangat favorit karena hampir semua cewek cakep seangkatanku berada di kelas ini.


Singkat cerita, di sekolah kami juga diberi pelajaran tentang pengatauan sex oleh guru kami. Pelaksanaan belajar kami dipisah, ketika materi yang disampaikan untuk para cewek, para cowok harus pulang lebih dulu, dan minggu berikutnya sebaliknya. Waktu itu aku nggak tau apa materi yang diterima para cewek. Untuk para cowok kami ditunjukkan gambar-gambar anatomi tubuh wanita mulai dari anak-anak hingga dewasa, setelah itu juga ditunjukkan gambar adegan ML dengan berbagai gaya.

Setelah itu juga ditunjukkan gambar alat-alat kontrasepsi dan terakhir gambar-gambar penyakit sexual pada pria dan wanita. Setelah pelajaran itu aku penasaran banget sama materi yang diberikan pada cewek, apa sama ato beda, kalo sama kenapa mesti kami dipisah. Aku utak-atik akhirnya aku mulai berani bertanya pada Viona, teman yang sangat akrab denganku tapi bukan pacarku. Kami sering belajar bersama karena kebetulan aku tinggal dekat dengan rumah dia.

Waktu belajar sore aku nanya sama dia.

“Vio, pelajaran kemarin tuh apaan sih?”, tanyaku.
“Pengetahuan sex kan” jawab Vio.
“Maksudku pengetahuan yang gimana, kok sampai dipisah gitu?”.
“Emang yang diliat sama kamu apaan?” Tanya Viona.
“Ya.. gambar-gambar gituan”. “Gituan gimana?”, Tanya Viona penasaran.
“Ya gituan”. Jawabku memancing.
“Ya gituaan yang gimana?”, Tanya Viona lagi.
“Itu aku kemarin diliatin gambar body kamu”.
“Cuman gitu doang?”, tanyanya makin penasaran.
“Kalo kelas cewek ditunjukin banyak ampai itu, apa ya.. namananya?”.
“Apaan Vio?”, tanyaku.
“Itu ML atao apa sih”, Vera bilang itu gambar senggama”. Jelasnya “Emang gambar yg gimana sih?, yang penis masuk itu?”.
“Iya, ada yang mulai masuk, ampe masuk banget, dan .. “.
“Apaan tuh Vi?”, tanyaku penasaran.
“Sampe itu keluar cairan putih itu”, jelasnya.

Sambil nanya terus aku perhatikan mimik wajah Viona, tenang banget, padahal aku udah tegang denger Viona cerita itu.

“Trus kalo kelas cowok gimana, Put?”, Tanya Viona.
“Sama kok, gitu-gitu juga”. Jawabku.
Aku yakin kalo Viona sebenarnya ingin nanya banyak sama aku tentang itu, dan aku pancing dia.

“Itu kan hanya gambar diam, coba gerak asik banget itu”, pancingku.
“Maksudmu gerak apanya?”, Viona penasaran.
“Itunya, penisnya gerak”, asik banget.
“Kamu pernah liat apa kok bilang asik?”, Tanya dia lagi.
“Pernah, kan banyak tuh film-film porno di rental, mau liat apa?”
“Pinjemin dong gue jadi penasaran nih..” pintanya.
“Trus entar muternya dimana aku nggak ada player nich”.
“Di rumahku aja, besok papa dan mama mau ke bandung gue rencana nggak ikutan”.
“Nonton bareng mau nggak?”, tanyaku.
“Mau aja, emang kenapa boleh kan?”, Viona heran.
“Boleh aja, malah harusnya gitu”. Rayuku Tiga hari kemudian apa yang aku tunggu datang juga.

Viona telepon aku kalo papa dan mamanya baru aja berangkat ke bandung dan dirumah itu Viona hanya tinggal dengan Adik rina 14 tahun dan dewi 12 tahun. Aku ngacir cari VCD porno di rental dan tak lupa kusiapkan staminaku dan strategiku agar bias ngerjain Viona. Aku tau kalo Viona masih asing masalah gituan jadi aku yakin dia masih virgin. Dengan modal 5 ribu ini aku harus dapet Viona.

Aku tiba di rumah Viona jam 19.00 kemudian masuk dan ngobrol diruang tamu juga sama adik-adik Viona. Selama ngobrol mataku jelalatan kesana kemari perhatiin gerak tubuh Viona yang keluar masuk kamar gelisah karena adik-adiknya nggak ngantuk-ngantuk. padahal player sama TV ada di ruang tamu. Viona orangnya nyantai nggak canggung sama aku, jadi dengan pakaian piyama dia menyugguhkan minuman dingin kehadapanku dan ketika dia menaruh gelas kuperhatikan liuk-liuk tubuh Viona. Lumayan juga karena anak orang kaya, tubuhnya keliatan terawat. Kulit putih mulus, postur bagus dan yg terpenting ukurannya lumayan mantap.

Jam 20.00 aku juga gelisah ini kapan nyetelnya kalo gini terus, padahal aku udah nggak tahan. Aku punya pura-pura suruh nunjukin kamar mandi aku bisikan pada Viona agar player dan TV dipindah kekamar dia dengan alas an untuk menyimak video pelajaran dan harus diliat dan dikerjakan tugasnya untuk besok. Viona pun meminta adiknya untuk selesai nonton TVnya dan dengan cepat kuangkat tuh TV, dan playernya Viona sendiri.

Begitu masuk aku setting player dan TV menghadap bed dengan harap nonton sambil rebahan di bed. Begitu siap Viona menyuruh adiknya tidur dan pesen sama pembantu kalo ada yang nyari bilang nggak bias diganggu. Pintu kamar dikkunci dan aksiku dimulai.

Kukeluarkan 2 buah VCD porno dan kupasang langsung ke player.
“Ok Viona, siap”?, tanyaku.
“Dari tadi Put. Sini Put nonton di berd aja sambil rebahan kan enak” tambahnya.

Viona telungkup dan aku lompat tepat disampingnya. Remote dipegang Viona.

“Ok Put aku play ya”.
“Ok, tapi ntar jangan rebut ya”, kataku.
“Rebut gimana maksudmu?”, Tanya dia.
“Ntar kamu kaget”. Jelasku.
“Enggak lah, kan uda niat banget”. Tambahnya.

Begitu tombol play ditekan, tampilan pertama adalah cuplikan adegan di dalam film itu.

“Kok langsung masuk Put?”, Viona heran.
“Itu hanya klipnya aja, ntar pasti pelan kok”, jelasku.

Setelah itu adegan mulai, yaitu ada wanita bule dan bercumbu dengan cowok bule, meraka saling cium peluk, dan sambil melepas pakaian. Kuperhatikan mata Viona masih biasa. Ketika adegan sampai pada saling sentuh kemaluan, Viona nyengir.

“Kok tuh penis lemes gitu ya?” Tanya dia.
“Tunggu aja bentar lagi”. Tanpa disadari oleh Viona aku selalu menatap sesuatu yang tadinya ditutupi pinyama itu mulai keliatan karena tersingkap.

Adegan film terus berjalan dan penis cowk itu sudah tegang. Mata Viona terbelalak lebar.
“Putra.. Put perhatiin itu!”.
“Apaan?”. Aku terkejut.

Dari tadi aku ngebayangin gimana rasanya menikmati tubuh Viona. Aku liat di TV, dan adegan udah mulai ML dengan posisi standar. Kulihat mata Viona hampir tak berkedip, dan sesekali kuliat menelan ludah. Perlahan-lahan kugeser kakiku agar dia nggak tau, kutaruh kaki kiriku disela-sela kakinya. Viona diam saja karena dianggap nggak sengaja. Ketika kuliat aman, ganti kupindahkan tanganku dengan posisi diatas punggung Viona.

Betapa terkejutnya aku kalo Viona ternyata nggak mengenakan BH. Viona masih diam. Adegan film semakin panas. Dengan gerakan yang pelah namun pasti, tangan kiriku bergerak turun menelusuri punggung kearah bawah hingga sedikit jariku menyentuh gunung Viona yang sebelah kiri. Kami cekikian terus ngeliat adegan film yang sudah ganti gaya. Kini kugeser pantatku sampai menempel ke bokong Viona.

Penisku yang dari tadi mengacung, menantang menyentuh Viona.

“Put.., kamu nih apa-apan sih?”. Viona terkejut.
“Maaf Vi aku nggak sengaja..”. Ku jauhkan sedikit agar penisku nggak nempel lagi, karena aku kawatir Viona marah. “Baru gitu aja kok sudah tegang Put”, Tanya Viona.

Aku terkejut bahwa ternyata Vioni tau apa yang kulakukan.

“Soalnya aku selain nonton film juga ngliatan body kamu Vi, nggak tahan”. Jawabku seneng.
“Emang bodyku gimana sih Put, kan biasa aja”.
“Vi.. body kamu tuh bagus baget”,
“Punyamu sama tuh bule besar mana Put”,
“Nggak tau ya apa Viona mau ukur sendiri!” pintaku.
“Boleh, mana Put..?” Langsung aja kubuka celanaku, dan aku emang nggak pake CD jadu lasung keliatan mengacung tegak.

Viona meraih penisku dan dipegang dengan Ibu jari dan telunjuknya.

“Gimana Vi? Gede nggak?”, tanyaku
“Lumayan Put, jariku aja hampir nggak muat. “
“Kalo punyamu gimana Vi?” tanyaku gantian.
“Mo liat juga?” Tanya Viona.

Aku nyengir aja. Viona menarik tali piyama dan mengeser piyamanya ke bawah. Dan kulihat begitu mulus, putih. Gunung kembarnya begitu padat dan lancip. Bagian bawahnya juga putih kemerahan serta dihiasi sedikit rambut.

“Kok cuman diliatin? Katanya mau ngukur?” tanyaku.

Segera kusentuh gunung itu pelan-pelan, dan ketelusuri dari bawah gunung sampai puncaknya. Ketika sampai dipuncak kumainkan putingnya dan Viona nyengir.

“Geli Put.. “.
“Tapi ntar asik Vi. ” Rayuku.

Tangan kiriku bergerak kebawah. Kuusap pelah sebuah pintu kenikmatan yang masih segar.

“Put geli banget..”, tubuhnya menggelinjang.

Dan kurasakan mulai basah dan licin. Aku yakin kalo Viona sudah terangsang.

“Vi boleh nggak penisku nyentuh memekmu ini, kali aja ukurannya pas?” tipuku.
“Boleh tapi janji ya!”. “Janji apaan?”.
“Ini rahasian kita, jangan sampai Ester tau, aku nggak enak sama dia”. Posisiku tepat diatas tubuh Viona, dan ujung penisku segeran ku sentuhkan pada memek Viona yang udah basah.

Sambil aku kulum pintung kanan dan kumainkan punting kiri dengan tangan tangan kananku masih meraba-raba memek Viona yang semakin basah. Viona sangat menikmati gerakanku. Nafasnya mendesah.

“Eeecchh, oohh, oo yes..”, strategi kujalankan.
Kulumanku semakin cepat dan penisku perlahan-lahan aku tekan masuk.

“Put jangan, ntar aku nggak tahan oocchh”.
“Kalo ngukur tuh harus masuk semua Vi, baru tau sama apa enggak”, bisikku.

Penisku begitu sulit masuk, kepalanya aja nggak bias masuk.
“Vi kalo emang kamu mau tau ukuranku, kita harus melakukannya bareng”. Viona menggangguk.
Kutekan lagi dengan tambahan tenaga.

Oocchh, oocchh Put, sakit, oocchh, sakit”. Aku tahan sampai Viona diam lagi.
Penisku udah masuk nya.

“Vi siap, siap ya, kita akan mengukur semuanya ya, jangan tegang”. Aku tarik nafas dan kutahan didada, dan kutekan dengan tenagaku dan.. Sret,.. srett.. bless..
“Puuttt sakiitt”. Aku tahan penisku yang udah masuk semuanya.

Kurasakan memek Viona meremas-remas penisku dengan kautnya dan lama diam. Kutarik keluar pelan-pelan dan kemasukkan lagi.

“Sleepp, bleess, sleepp, bleess”, kukocok penisku di memek Viona.
“Oochh, oocchh, oocchh, yess”,
“Ooch yess, oocch yess, oocchh yeess, terus Put, teruss”. Kurasakan memek Viona basah banget, dan matanya menangis.

Beberapa waktu beraksi penisku keras banget dan ada sesuatu yang mau keluar.

“Vi aku mau keluuaarr, gimanaa”.
“Oocchh teruuss, keluariinn ajaa..”. Crott, croott, croott, sambil keluar sperma kukocok terus sampai penisku lemas.

Kami berpelukan erat. Kuliat spermaku berceceran di bed cover bercampur dengan darah perawan Viona.

“Put.. makasih yach, ini pengalaman yang hebat buatku”.
“Sama-sama Vi, terimakasih telah kamu berikan kegadisanmu padaku”. Pulang dari rumah Viona kubuka buku daftar korbanku, dan kutambahkan nama Viona yang merupakan tergetku yang ke-8 dari 20 siswi sekolahku.