SELAMAT DATANG DI CERSEXIDN CERRITA TERUPDATE DAN TERPANAS

Minggu, 28 Februari 2016

Rini Ditidurin Oleh Majikan nya


 Rini Ditidurin Oleh Majikan nya


Ia bercerita kalau dia terdampar ke Jakarta karena melarikan diri dari rumahnya di kampung saat hendak dikawinkan oleh orang tuanya dengan seorang laki-laki tua yang telah beristeri, sedangkan saat itu ia sudah menjalin hubungan serius dengan pacarnya. Oleh salah satu kenalannya dari kampung, yang mempunyai yayasan penyalur tenaga kerja ia ditampung sebagai tenaga kerja pembantu.


Di minggu pertama kehadirannya di rumah kami, Rini bekerja dengan rajin, tetapi karena usianya yang masih muda, ia masih sangat bersifat kekanakan dan manja. Rini senang berpakaian baju kaos terusan model daster, sehingga tubuhnya yang mungil dan padat tercetak dengan jelas pada pakaiannya itu.

Aku sangat bernafsu sekali melihat Rini dalam keadaan seperti itu, terutama bila ia mencuci pakaian, dan kaos yang dipakainya tersiram air sehingga basah. Penisku langsung menegang dengan keras, ingin rasanya langsung memeluk dan meremas-remas tubuhnya yang bagus itu.

Sesekali aku dengan halus berusaha menyenggol pinggulnya atau payudaranya bila berpapasan seakan-akan tidak sengaja, Rini biasanya diam dan senyum-senyum saja. Aku terus berusaha mencari akal untuk bagaimana caranya bisa menikmati dan menggeluti tubuh Rini yang ranum itu. Sampai satu hari, aku menemukan persediaan obat-obatan di lemari dan di situ terdapat sejumlah obat tidur.

Aku melirik ke arah jam dinding, sudah tengah malam. Aku melirik lagi ke arah istriku, yang terbaring dengan nyenyak di sisiku. Ia telah tertidur sekitar setengah jam yang lalu, dan aku memang menunggu saat ini untuk meyakinkan bahwa tidurnya benar-benar nyenyak.

Saat aku telah yakin benar bahwa isteriku telah tidur nyenyak, karena aku tahu persis kalau ia sudah tidur, akan sangat susah sekali untuk membangunkannya, apalagi ditambah minum susu kocok yang dibubuhi obat tidur. Aku cepat-cepat bangun dari tempat tidur dan langsung berjalan ke arah kamar mandi. Aku mengambil sehelai handuk kecil serta membasahinya dengan air hangat serta kemudian keluar dari situ dengan tidak lupa mengambil handuk, tidak lupa sayapun membuka semua pakaianku sehingga aku telanjang bulat.

Aku berjalan langsung ke kamar Rini, tempat di mana ia tidur dan saat ini ia tidur dengan pulas sekali, aku tahu demikian karena iapun meminum segelas susu kocok bercampur obat tidur sebagaimana isteriku. Pelan-pelan aku membuka pintu kamarnya dan setelah mataku terbiasa dengan cahaya kamar Rini, aku dapat melihat badannya yang terbaring di dipan. Rini tidur tanpa mengenakan pakaiannya, mungkin karena kamar yang agak panas, ia hanya mengenakan celana dalamnya saja.

Payudaranya yang montok tampak menyembul dengan indahnya, dengan puting yang mencuat kecil kemerah-merahan. Rambutnya tergerai dan dibalik celana dalamnya yang tipis terbayang rambut-rambut vaginanya yang tipis. Aku berdiri memperhatikannya, bibirnya yang manis mengeluarkan napas dalam tidurnya yang nyenyak. Benar-benar gadis 19 tahun yang menggairahkan.

Aku menaruh handuk kecil dan handuk besar di kaki tempat tidur, kemudian aku menyentuh pipinya, Rini tidak bereaksi sedikitpun terhadap sentuhan itu, aku mengulum bibirnya serta meremas dengan pelan kedua buah payudaranya bergantian. Ooh, kulitnya halus sekali, sungguh nikmat meremas payudara Rini ini. Aku mengangkat badannya dan mendekatkan kepada pinggiran tempat tidur, sehingga kakinya tergantung pada pinggir tempat tidur tersebut. Celana dalamnya kulepaskan perlahan.

Rini bergerak untuk berbalik, tetapi aku menahannya pada pinggulnya yang bulat. Kemudian aku membuka kedua belah pahanya yang mulus dan mencium vaginanya yang kecil, ooh.., nikmat sekali. Sesekali kusapukan lidahku pada clitorisnya, kemudian clitorisnya kukulum-kulum dengan bibir dan memainkan lidahku untuk menjilat-jilatnya, pinggul Rini bergelinjang dan kakinya secara refleks menjepit kepalaku.

Pelan-pelan aku mengangkat kedua belah kakinya sehingga kedua kaki Rini terlipat dan kedua lututnya menempel pada payudaranya yang ranum dan kedua telapaknya bertumpu pada pantatnya yang bulat. Dengan perlahan aku mulai menindih Rini dan menahan agar ia jangan bergerak sehingga posisinya berubah. Penisku yang sudah sangat tegang langsung kuarahkan ke vagina kecilnya yang sudah menanti. Benar-benar gerakan yang susah sekali mengingat Rini tetap tertidur dan tidak memberikan gerakan bantuan kepadaku.

Aku menekan ujung penis yang sudah benar-benar keras ke arah kedua belah bibir vagina Rini dan menggosok-gosokan terus berulang-ulang sehingga cairan mulai membasahi vaginanya. Aku mengisap-isap payudaranya yang ranum dan tetap menggosok-gosokan ujung penisku ke vaginanya untuk mempersiapkan vagina Rini menyambut penisku yang besar ini. Aku menekan penisku pelan-pelan sehingga sepertiga dari penisku mulai amblas ke dalam vagina Rini yang sempit.

Aku berhenti sebentar untuk merasakan kehangatan, licinnya cairan dan cengkeraman liang vagina Rini pada penisku nikmat sekali. Aku menekan terus ke dalam liang vaginanya.., aduuh.., hangatnya.., nikmat..

Setelah penisku masuk setengahnya ke dalam vagina Rini, baru kusadari bahwa vagina Rini ini sangat sempit sekali. sungguh ketat otot-otot vaginanya mencengkeram penisku, aku menekan lagi dengan keras sampai penisku terbenam seluruhnya ke dalam liang vagina Rini sambil menahan nikmat yang dihasilkan oleh vaginanya yang mulai berdenyut-denyut meremas penisku.

Aku benar-benar tidak dapat menahan kenikmatan yang begitu nikmat akibat denyutan dan remasan vagina Rini ini, aku langsung menarik penisku dengan cepat sehingga tinggal kepala penisku saja di dalam vaginanya kemudian secara cepat dan keras kubenamkan lagi, begitu berulang-ulang secara perlahan-lahan, aku merasakan bahwa otot-otot vagina Rini mengejang dan memberi cengkreaman yang keras kepada penisku yang besar.

Setelah beberapa saat aku diam untuk menikmati kenikmatan vagina ini, aku mulai lagi untuk menarik dan menggenjot masuk penisku, kuulangi lagi gerakan ini berulang-ulang, masuk.., keluar.., tarik.., tekan.., tarik.., tekan dalam-dalam. Aku benar-benar bernafsu sekali kepada Rini, apalagi saat aku menekan dan menarik, kedua payudaranya berayun-ayun bagai mengikuti irama gerakanku.

Aku merasa bahwa aku sudah mau sampai puncak orgasme, biarpun aku mau keadaan ini tetap berlangsung terus, tetapi aku harus cepat-cepat mengakhiri ini kalau tidak mau tertangkap basah, biarpun Rini dan isteriku sudah terkena pengaruh obat tidur. Bahaya ketahuan tetaplah bahaya yang besar bagiku.

Akhirnya, aku merangkul badannya yang mungil melewati kedua belah kakinya yang terlipat, aku pertemukan kedua tanganku di belakang punggung Rini dan memeluknya erat sekali ke badanku, kemudian aku memutar pinggulku sambil tetap menekan ke arah vaginanya sehingga aku bisa menanamkan penisku sedalam-dalamnya di liang vagina Rini sampai penisku terasa menyentuh liang peranakannya.

Aku benar-benar tidak pernah merasakan hal seperti ini, mungkin hal ini terjadi karena perbedaan ukuran tubuh dan penisku yang besar dibanding tubuh Rini yang begitu mungil. Aku menekan terus, kemudian menarik penisku lagi dan menekan lagi dengan keras dan cepat, sehingga terasa tubuhnya bagaikan orang yang menggigil dan cengkeraman vaginanya terasa semakin memuntir batang penisku, benar-benar nikmat dan nikmat sekali, Tanpa terasa aku menggigit payudaranya yang kanan dengan gigiku.

Saat aku menekan batang penisku dalam-dalam ke liang vaginanya, sampailah aku kepuncak kenikmatan bersetubuh, penisku mengeluarkan cairan mani yang menyemprot masuk ke dalam liang vagina Rini dalam-dalam. Aku tetap menekan terus dan tidak melepaskan batang penisku dari dalam vaginanya sampai aku tidak merasakan lagi denyutan-denyutan yang mencengkram. Begitu aku mencabut batang penisku, aku langsung menggosok-gosokan ke bibir vaginanya yang kecil itu sebelum aku mengambil handuk basah untuk mengelapnya.

Aku langsung membersihkan badan Rini dengan handuk lembab untuk menghapus segala tanda-tanda persetubuhan yang terjadi dan memakaikan celana dalamnya lagi serta mengatur tubuhnya dengan rapi di tempat tidur. Tanpa membersihkan diri lagi langsung saja aku menaruh handuk-handuk tersebut ke tempat cucian dan kemudian kembali ke kamarku.

Esokan pagi, aku bangun agak terlambat, isteriku sudah pergi ke kantor duluan, saat aku ke belakang menuju kamar mandi, tampak Rini sedang duduk termanggu-manggu melamun di atas sebuah bangku kecil di tempat cucian.

“Ada apa, Rin.., kok pagi-pagi ngelamun siih”, sapaku.
“Aakh.., nggak.., anu Pak..”, jawabnya.
“Anu.., apanya”, kataku lagi.
“Itu.., tadi malem Rini mimpi.., kok.., aneeh bener”, jawabnya senyum-senyum.

Waktu melewati Rini, aku menengok ke arah belahan payudaranya yang terlihat dari sela-sela daster kaosnya, tampak sekilas di atas payudaranya yang sebelah kanan bekas gigitan yang memerah.., Waahh...

Aku Disetubuhi Dengan Mbah Himan


Aku Disetubuhi Dengan Mbah Himan


Karena aku suami yang setia saat istriku sedang ada tugas seminar diluar kota aku temani dia selama 3 hari di hotel berbintang kami mendapat kamar yang double beds , istriku yang ditunjuk sebagai wakil dosen di universitasnya harus siap jadi selama 2 hari itu istriku bangun pagi jam 7 untuk siap siap memberikan informasi pada khayak yang datang.


Istriku memang cantik dan mempunyai body yang bahenol saat itu dia mengenakan blazer yang ketat sehingga payudaranya menjulang keluar agak terlihat putting yang mengecap di blazernya istriku yang sudah berumur 36 tahun masih bahenol apalagi ditambah memakai hak tinggi saat dia berjalan uhh sungguh seksi

Sering aku berpikiran buruk agar istriku menyeleweng dan aku dapat menemuinya dengan mengintip bagaimana saat istriku “digarap” lelaki tua. Istriku memang pernah cerita kalau salah satu mahasiswanya di kelas yang berada di luar kota pernah “mempermainkan” daerah sensitifnya di selangkangannya, sehingga istriku tak berani berdiri lama-lama di kelas dan duduk di meja pengajar yang ditutup oleh taplak meja saja.

“Mas nanti nggak usah dijemput karena sudah disediakan angkutan oleh panitia. Mas, cepat tidur saja, kalau mau pijit, pijit saja, biar nanti malam tambah ‘greng’,tapi jangan dipijit cewek lho” kata istriku .
“Yah, cari tukang pijit kakek kakek, sekalian mijit mijit anumu ?.” kataku berseloroh
“Biar, selain memijit juga menyuntik iniku,” kata istriku tertawa sambil menunjuk selangkangannya
“Bener ?”kataku
“Boleh kan, mas? tanya istriku
“Kau memang pingin to, dik?” tanyaku
“Ya, aku pingin mas,” kata istriku vulgar menatapku dengan tajam
“Boleh, kan?” kata istriku merayu
“Kalau kau suka dan senang ?” jawabku

Sesampai di penginapan, aku minta resepsionis untuk mencarikan tukang pijit. Sampai aku makan siang, barulah muncul tukang pijit itu, orangnya tua memakai ikat kepala dan membawa tas kulit kumal, berbaju hitam, dan celana komprang selutut, dia menyuruhku memakai sarung.

“Siapa namanya, pak,” aku bertanya saat tukang pijit mulai memijitku.
“Orang memanggil saya, Mbah Himan, mas,” katanya Menurut ceritanya, dia ahli pijit urat dan bisa
membuat lelaki tambah greng dan dia mampu memperbesar kemaluan laki laki dan segudang cerita lainnya, bahkan ada cerita Mbah Himan yang membuatku bergidik, yaitu kalau dia bisa membangkitkan gairah seorang wanita tanpa menyentuh.

Dia bahkan pernah membuat salah satu istri pejabat jauh- jauh datang dan menginap di rumahnya di desa untuk minta dipuaskan.

Mbah Himan terus memijit dan akhirnya aku disuruh bersandar di tempat tidur dan menyuruh menyingkapkan sarungku dan kurasakan kesakitan pada saat aku dipijit batang kemaluanku dan beberapa saat kemudian kulihat batang kemaluanku membesar dan kudengar pintu dibuka, Mbah Himan cepat-cepat menutup sarungku, kulihat istriku masuk.

“Simpananmu, mas?”tanyanya berbisik saat melihat istriku.
“Istri saya, mbah,”kataku
“Ah, jangan bohong, perempuan ini bisa “dipakai”,”katanya.
Belum sempat aku menjawab.
“Aku juga bisa membuat mas tak berkutik,”katanya dan aku meringis kesakitan saat kurasakan perut kebawah seperti mengejang dan aku tak dapat bergerak.
“Sudah pijatnya, mas,”kata istriku
“Belum, jeng,” Mbah Himan yang menjawab.
“Kenalkan ini istri saya, Mbah Himan,”kataku.
“Bener to, jeng?katanya.
“Lho, iya mbah kan hotel ini nggak boleh bawa-bawa, memang apa mbah melihat saya oang yang nggak bener” kata istriku sambil menjulurkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan Mbah Himan
“Saya istrinya,” istriku memperkenalkan diri mendekati Mbah Himan yang duduk di pinggir ranjangku.
“Saya, Mbah Himan,”katanya dan tangannya bersalaman dengan tangan istriku.
“Heeh ?”kudengar istriku mendesis lirih.
“Saya kira jeng wanita simpanan kang mas ini,”kata Mbah Himan.
“Wah, kebetulan saya bawa surat nikah, mbah,”kata istriku mengambil surat nikah dari tasnya dan menyodorkan setengah membungkuk dan kulihat mata Mbah Himan langsung tertuju di blaser kuning istriku yang berleher rendah dan Mbah Himan menatap tajam gundukan daging payudara istriku bagian atas.

“Jeng, pijet ya,” kata Mbah Himan
“Saya, nggak biasa dipijat ?.”kata istriku terputus
“Nggak Mbah Himan nggak perlu megang?.”katanya sambil berdiri dan menuju ranjang satunya, aku tak dapat berbuat apa apa saat istriku merebahkan dirinya di kasur empuk itu tanpa melepas sepatu tumit tingginya.

Mbah Himan duduk dipinggir ranjang pantatnya bersebelahan dengan pantat bahenol istriku yang rebahan. Kulihat Mbah Himan membuka telapak tangannya dan hanya segenggam jaraknya dari tubuh istriku bergerak diatas tangan kanan istriku, tangan kirinya dan kedua betis istriku.

“Gimana jeng, enak”tanya Mbah Himan
“Waah, kok bisa ya nggak nyentuh rasanya seperti dipijit “kata istriku
“Enak kan jeng,” Mbah Himan bertanya lagi
“Ya ?”kata istriku
“Ya apanya?”tanya Mbah Himan
“Enak rasanya..”kata istriku “Jeng,
Siapa namanya?”tanya Mbah Himan
“Yati, mbah?”jawab istriku
“Jeng Yati, tadi enak, kan?tanya Mbah Himan lagi
“Iya, mbah enak,” kata istriku
“Kalau ini nggak enak Jeng Yati, tapi nikmat..”kata Mbah Himan
Kulihat Mbah Himan mengembangkan telapak tangannya diatas kedua payudara istriku dan “Mbaaaah ?”istriku mendesah saat Mbah Himan menutup telapak tangannya dan membuka lagi seolah Mbah Himan tengah meremas remas payudara montok istriku.
“Mbaaah jangaaan, mbaaah,” istriku mendesis dan kedua tangan istriku menekan dibawah ketiaknya sehingga kedua payudara montoknya semakin menggelembung dari balik blaser nya.
“ooh mbbaaaaah ?
”istriku merintih ketika tangan Mbah Himan semakin cepat membuka menutup meremas dari jauh kedua payudara montok istriku yang masih terbalut blaser kuningnya. “Hhhheeeggghhhhhh ??”istriku mendesah saat salah satu tangan Mbah Himan seolah memelintir puting susu istriku dan tampak jelas kedua puting susu istriku tersembul dari balik blaser nya.
“maaas mbaaaah Demooooo tolooong maaass heeqqhhhh ?..”rintih istriku dan tersentak saat tangan Mbah Himan sepertinya memelintir sambil menarik kedua puting susu istriku. Mbah Himan semakin lama semakin menguasai istriku dan rupanya istriku hanya bisa mendesis dan mendesah oleh perlakuan Mbah Himan.

“Ayo buka kancingnya,”perintah Mbah Himan Istriku yang mengerang “Ngaaaaak mauuuu mbaaaah ?.engaaaaak ??.” istriku seperti ada yang menarik tubuhnya dan terduduk di ranjang walaupun mulutnya menolak tapi kedua tangannya membuka satu kancing blaser kuningnya dan aku tertegun saat istriku melepas kaitan BHnya di belakang dan menarik BHnya sendiri hingga tali talinya terputus.

“Ayo mbah haus,” kata Mbah Himan. istriku membuka tiga kancing blaser nya dan dengan sendirinya kedua payudara montok istriku dimana kedua puting susunya yang menegang tersembul keluar dari blaser kuningnya.
“Aku haus Jeng Yati, aku dari tadi capek mijit kangmasmu, tapi gak dikasih minum, aku pingin minum,”kata Mbah Himan sambil seolah mengusap kedua payudara istriku yang langsung mengerang “mbaaah ??.. ngaaaaak mauuuuuuu ?.”

Tapi istriku memegang paayudara kanannya bagian bawah dan menyodorkan ke mulut Mbah Himan dan Mbah Himan langsung mencaplok payudara kanan istriku yang disodorkan ke mulutnya. “Mbaaaaaah akuuuuu kooook oooohhhh rasanyaaaa air susukuuuu mau keluaaaar ?.mbaaaaah ??.”dan bunyi “srep srep” kudengar mulut Mbah Himan menyedot nyedot payudara kanan istriku yang mengeluarkan air susu.

Mbah Himan menarik tubuh istriku hingga turun dari ranjang dan istriku kini berdiri menyorongkan badannya di depan Mbah Himan yang duduk di ranjang karena tangan kiri Mbah Himan memeluk punggung istriku sedangkan tangan kanan Mbah Himan meremas remas payudara kiri istriku
“Maaaas akuuu koook jadiiii beginiiiii??..”desis istriku “oooooh enaaak mbaaaaaah??.”rintih istriku dan kedua tangan istriku memeluk kepala Mbah Himan yang mengenakan ikat kepala.

Rupanya sedotan Mbah Himan pada payudara kanan istriku begitu kuat dan cepat hingga beberapa menit saja air susu payudara kanan istriku pun habis dan Mbah Himan langsung melahap payudara kiri istriku dan kembali suara “srep srep” terdengar lagi saat Mbah Himan dengan ganasnya menyedot air susu payudara kiri istriku yang terus mengerang tak karuan.

Begitu ganasnya Mbah Himan menyedot air susu payudara kiri istriku, istriku pun menekan kepala Mbah Himan ke dadanya hingga ikat kepala Mbah Himan terlepas dan kulihat kepala botak berambut jarang itupun tampak, gilanya istriku memeluk kepala Mbah Himan.

Tampak kedua mata istriku terpejam mendapat perlakuan ganas Mbah Himan pada payudara kiri istriku dan Mbah Himan menghentikan sedotannya saat air susu istriku habis.
“Nikmat kan Jeng Yati,”tanya Mbah Himan Istriku hanya diam dan menoleh padaku kemudian mendesis kembali saat telapak tangan kanan Mbah Himan di depan selangkangan istriku.
Tangan kanan Mbah Himan seolah menggosok selangkangan istriku sehingga istriku berjinjit karenanya. Rupanya Mbah Himan mempermainkan istriku dan Mbah Himan membiarkan istriku terus berjinjit jinjit sementara selangkangan istriku terangkat angkat ke atas sementara tangan kirinya meraih tas kulit kumalnya dan kudengar dari selangkangan istriku berbunyi
“cek cek cek” menandakan lendir vagina istriku sudah keluar. “Mbaaaah sudaaaaah mbaaaaah ampuuuun jangaaan teruuuskannn hghghgh ?.”desis istriku dan tubuh istriku limbung dan Mbah Himan memeluk istriku dan mendudukan istriku di samping kiri Mbah Himan.

Kini istriku yang sudah lunglai tengah duduk dipeluk tangan kiri Mbah Himan, kepala istriku bersandar dibahu kiri Mbah Himan, kedua payudara montoknya keluar dari blaser kuningnya, sementara kedua kakinya yang bersepatu hak tinggi terkangkang lebar, sehingga celana dalam sutera putihnya tampak.

Tangan kanan Mbah Himan meraih bungkusan putih itu dan aku begitu ngeri dan jijik melihat sesuatu entah apa namanya, sesuatu sebesar batang kemaluan orang dewasa seperti ulat hijau mempunyai gurat gurat melingkar seperti sekrup dan mempunyai seperti duri duri di sana sini.
Bungkusan di tangan kanan Mbah Himan didekatkan pada selangkangan istriku dan pluk benda itu melompat di paha kiri istriku yang langsung menjerit tertahan.

“Apa mbaaah ?..”erang istriku dan Mbah Himan menyingkap rok span hitam elastis istriku dan begitu melihat sesuatu yang merambat dipaha kirinya, istriku langsung lunglai dipelukkan Mbah Himan.
“Lihat Jeng Yati,”katanya sambil memaksa istriku melihat benda yang merayap ke selangkangan nya. “Glek” kudengar istriku menelan ludah
“Apaa ini yang merayaap mbaaaah jangaaan ?.mbaaaah ? ampuuun ? ” rintih istriku menghiba.
Mbah Himan bukannya mengambil benda itu, tapi malah menundukkan kepala istriku agar bisa melihat sedang apa benda yang semakin mendekati selangkangan istriku dan Mbah Himan meyingkap celana dalam sutera istriku ke kanan sehingga bulu bulu kemaluan istriku yang lebat terlihat.

Benda itu mendengus dan tampak olehku asap seluar dari liang berbibirnya menyembur bulu bulu kemaluan istriku yang langsung memejamkan kedua matanya dan mendesis
“Mmmmpppppfffzzzzzz ??.” Tiba ?tiba benda itu mematuk ke bagian atas kemaluan istriku dan “Itiiiilkuuuuuu mbaaaaaah ?..”meluncur kata kata istriku seperti seorang pelacur saat lubang berbibir benda itu melahap kelentit istriku.
“Mbaaah ? ooohh ?.. hgggghhhh ?. mmmmmppppffzzzz?,”istriku merintih rintih dan pantat bahenolnya berguncang tangan kirinya meremas sprei dan tangan kanan istriku memeluk pinggang Mbah Himan kencang.

Keringat istriku mengucur deras nafasnya menderu deru menahan nafsu birahinya Rupanya benda itu semakin ganas mengulum dan menyedot nyedot kelentit istriku sehingga tubuh istriku benar benar bergetar hebat, tangan kiri istriku meremas sprei ranjangnya hingga
“mmmmppppffzzzz akuuuuuuu ngaaaaaak tahaaaaaan mbaaaaaah ?. akuuuuuu keluaaaaaar ??..”erang istriku dan pantat bahenol istriku tersentak sentak dan kedua kakinya mengejang lurus terkangkang mencapai orgasme di sore hari itu.

Mbah Himan membiarkan istriku sampai nafasnya tenang dan kemudian menegakkan tubuh istriku yang lunglai berdiri dan memeluk istriku dari belakang dimana kedua payudara istriku keluar dari blaser kuningnya dan rok spannya tersingkap sampai diperutnya.

Mbah Himan menuntun istriku ke ranjangku. Kulihat benda itu membujur sepanjang bibir vagina istriku dan Mbah Himan memelorotkan celana dalam sutera istriku sampai di lututnya. Aku hanya dapat menelan ludah saat benda itu mulai bergerak seperti gerakan mengempot bibir vagina istriku yang langsung mendesis desis

“hhhheggggghhhhh enaaaaak enaaaaak maaaas akuuu dikempoooot ?.ennnaaaaak hhhhhghghghghg ?.”Pantat bahenol istriku bergoyang ke kiri kenan dan ke atas merasakan kenikmatan empotan benda itu pada bibir vaginanya.
Tak lama kemudian desis istriku semakin keras dan “itiiiilkuuuuuuu ?.eehehghghghgghhh eeeempiiiiikuuuu ?. maaaas akuuuu keluaaaar ??”kembali untuk kedua kalinya pantat bahenol istriku tersentak sentak begitu kerasnya saat orgasme keduanya berlangsung.

Mbah Himan tetap memegang tubuh istriku yang lemas dengan tangan kirinya di perut istriku, sementara tangan kanannya menarik paha kanan istriku hingga berdiri terkangkang.
Kulihat benda ulat itu tetap mengulum kelentit istriku dan tiba tiba ekor ulat itu mengacung ke atas dan tangan kanan Mbah Himan langsung membuka lebar bibir vagina istriku yang basah dan ulat itupun melingkarkan bagian ekornya saat Mbah Himan membuka lebar-lebar Akupun merinding aaat ekar ulat itu menempel di bibir vagina istriku yang terbuka itu dan “Eeeeegggghhhhhh ?. `istriku mendesah saat ujung ekor ulat itu merambat menembus liang vagina istriku.

“Mbaaaaah jangaaaaaan eeehhhgggggghhhhh ?..”istriku mendesah keras saat ekor ulat itu semakin dalam menusuk liang vagina istriku.
Secara refleks istriku membuka kedua kakinya dan tubuhya menyorongkan tubuhnya ke depan sehingga kedua payudara montok istriku yang menggantung segera ditangkap oleh tangan kanan

Mbah Himan dan meremas remas payudara istriku, sedangkan tangan kirinya yang menopang tubuh istriku ikut ikutan meremas remas payudara istriku.
Tubuh istriku mengelinjang tak karuan menerima tiga sengatan birahi sekaligus, dimana kedua payudaranya secara bergantian di remas remas tangan mbah Himan, sedangkan kelentitnya dikulum dan disedot sedot mulut ulat itu dan liang vagina istriku dijejali tubuh ulat yang berbulu seperti duri dan bergurat di tubuh ulat itu.

Pantat istriku menungging nungging dan kedua tangan istriku ke belakang memegang kencang pinggul Mbah Himan yang menggesek gesekkan selangkangannya ke pantat istriku.
“Ngngnghhhhhh ?.. mbaaaaahhh ?..zzzzzzzz eeeeeccchhhhhhh ? enaaaaaaaak ?.. xxzzzz ? heeeh ? mmmmmpppffzzzzz ?..” istriku mendesis desis tak karuan, sekali kali gerakan pinggulnya maju mundur dengan cepatnya.

“Akuuuuuuu nggaaaak heh heh keluuuaaaaaaaaaaaaar ?? ngngngngngng ?..”istriku mengerang saat orgasme ketiganya dan tubuh istriku terhuyung ke depan dan tersungkur di lantai, sedangkan kedua kakinya menekuk kedua lututnya menopang tubuhnya yang bersimba peluh di lantai, sehingga posisi istriku menungging.

Istriku benar-benar tak kuasa karena baru kali ini istriku orgasme lebih dari dua kali dan kulihat Mbah Himan yang menopang tubuh istriku mengikuti arah tubuh istriku tersungkur di belakang tubuh istriku dan melihat istriku menungging,

Mbah Himan langsung membuka kedua bulatan pantat bahenol istriku sehingga anus istriku terlihat. Mbah Himan semakin membuka pantat istriku dan anus istriku pun terbuka dan tanpa jijik Mbah Himan menjilati anus istriku yang membuat tubuh istriku berkelejot dan tersentak,
“Mbaaaah jangaaaaaan anuuuusskuuuuu ?..heeeeghghgh ?..oooh .. oooh ? enaaaaak ?..zzzzzzccccchh ??.” istriku mengerang erang tak karuan tubuhnya seolah menggigil dan pantat istriku seolah disengat oleh listrik ribuan volt goyangannya menggetarkan pantat bahenolnya.

“Uuuuuummmpppppffffzzzz ??”istriku melenguh saat Mbah Himan menjulurkan lidahnya menembus masuk lubang anus istriku dan kepala Mbah Himan maju mundur mengeluar masukkan lidahnya yang panjang ke dalam anus istriku.

Erangan istriku semakin kencang dan tubuh nya bergetar hebat menerima rangsangan di lubang anusnya, kelentit dan liang vaginanya bersamaan, sehingga desisan istriku seolah seperti orang yang menangis tersedu sedu merasakan nikmatnya rangsangan Mbah Himan dan ulat yang menyumpal liang vaginanya.

“Ngngngngccchhhhhhhheeehhhhhhhhh ???”istriku mengigit bibirnya matanya terpejam dan kedua tangannya tergenggam erat dan “Wwwwwuuuuooooooooogggghhhhhh ??..’istriku mengerang dan pantat bahenolnya tersentak sentak saat mencapai orgasmenya yang ke empat dan tubuh istriku tengkurap dan tersungkur di lantai.

Hanya pantat bahenol istriku yang sekali kali bergetar hebat dan tubunya tak kuasa bergerak dan nafas istriku masih memburu, kedua matanya tertutup, mulutnya masih mendesis desis lemah menikmati kenikmatan baru dimana ketiga serangan birahi di daerah paling sensitif istriku di serang dengan gencarnya.

Tiba tiba Mbah Himan memelorotkan celana pendek komprang hitamnya dan tersembullah batang kemaluannya yang sudah menegang kaku sebesar lampu TL 40 watt dan mempunyai ujung seperti jamur besar itupun di pegang oleh tangan kanannya dan menarik kedua pangkal paha depan istriku.

Sehingga istriku menungging kembali dan kedua tangannya kembali membuka kedua bulatan pantat bahenol istriku sehingga lubang anus istriku menganga kembali dan Mbah Himan meludahi lubang anus istriku dan lidahnya menjulur lagi menerobos masuk ke lubang anus istriku.

Mbah Himan terus meludahi dan mengeluar masukkan lidahnya hingga benar-benar penuh ludah Mbah Himan. Mbah Himan memegang batang kemaluannya kembali dan “Zzzzzzaaaaangaaaaaaan mbbbaaaaahhh aaammmpppfffuuunn heeeeegghhhhhh ?”desis istriku lemah saat Mbah Himan dengan tenaganya yang masih greng itu menekan kepala jamur penisnya ke lubang anus istriku.

Istriku mengerang dan mengernyitkan dahinya dan “Mmmmmpppfpff ??.” pantat istriku bergetar lagi saat ulat itu mulai merangsang kelentit dan liang vagina istriku dan “Heeeeeeccccccgggghhhh ??”istriku melenguh saat kepala jamur batang kemaluan Mbah Himan perlahan tapi pasti melesak ke lubang anus istriku.

“Amppuuuuuucccccchhhhhh ?.ampuuuuuun mbaaaaaah saaaakkkiiiii eeeeeeeh ?.. “pantat istriku bergetar lagi, rupanya setiap Mbah Himan menekan penisnya ke lubang anus istriku, ulat yang menyumpal di liang vagina istriku bergetar dan mulut ulat itu menyedot kelentit istriku bersaamaan sehingga batang kemaluan Mbah Himan semakin lama semakin dalam di lubang anus istriku.
Begitu batang kemaluan Mbah Himan masuk seluruhnya di lubang anus istriku, Mbah Himan pun mulai menarik kembali dan memasukkan kembali batang kemaluannya di dalam lubang anus istriku dan suara “slep slep slep” semakin lama semakin cepat terdengar dan tubuh istriku kedepan ke belakang mengikuti genjotan pantat Mbah Himan mengeluar masukkan batang kemaluannya di lubang dubur istriku.

“Mbbbbbaaaaah akuuuuuu ??.” rintih istriku
“Akuuuu jugaaaa jeng Yatiiiiii ??.” erang Mbah Himan semakin cepat menggenjot batang kemaluannya di lubang vagina istriku
”istriku mengerang lirih dan Mbah Himan menghujam batang kemaluannya dalam dalam ke lubang anus istriku yang mengalami orgasme ke lima dan tangan Mbah Himan menarik pangkal paha istriku hingga pantat Mbah Himan menyodok nyodok pantat bahenol istriku karena air manimya muncrat di dalam anus istriku dan bunyi “preeeet preeeet” seperti orang buang angin terdengar dari lubang anus istriku dan rupanya air mani Mbah Himan keluar dari tekanan lubang anus istriku yang tersumpal oleh batang kemaluan Mbah Himan yang cukup besar itu.

Mereka kemudian menggelepar dan tersungkur bersamaan tubuh tua renta itu menindih tubuh sintal istriku yang benar benar lunglai melayani lelaki tua itu. Keduanya pun tertidur karena kelelahan.
Sekitar pukul tujuh malam, istriku terbangun dan langsung mandi keramas. Istriku mengenakan stelan blaser dan rok span coklat muda malam itu dan kulihat istriku tanpa mengenakan BH dan celana dalamnya berhias diantara dua ranjang berdiri di depan cermin.

Mbah Himan tak lama kemudian bangun dan mandi. Begitu istriku selesai berhias, Mbah Himan pun selesai mandinya tanpa menggunakan apapun sehingga batang kemaluannya yang sebesar lampu TL 40 watt dan ujungnya yang seperti jamur besar itu sudah menegang kaku.

Mbah Himan mendekati istriku dari belakang dan memeluk tubuh istriku, tangan kirinya langsung meremas payudara kiri istriku, sedang tangan kanan Mbah Himan langsung menelusuri perut istriku dan kemudian menyingkap rok span istriku bagian depan dan menyusupkan tangan kanannya menggerayangi selangkangan istriku.

Tak lama kemudian bunyi kecepak “cek cek cek” di selangkangan istriku pun terdengar dan istriku mulai mendesis desis

“Heeeeh heeeh heeeeh mbaaaaah ???” Pantat bahenol istriku pun mulai menungging nungging dan tangan kiri Mbah Himan membuka resleting rok span istriku dan menariknya ke atas, kedua kaki istriku semakin terkangkang karena tangan kanan Mbah Himan semakin gencar mengocok dan mengelus bibir vagina istriku yang semakin basah yang menimbulkan suara kecepak yang semakin keras di selangkangan nya.

Tangan kiri Mbah Himan mendorong tubuh istriku ke depan sehingga tubuhnya bertumpu di meja rias dan punggung istriku sejajar dengan kepalanya yang mendekati cermin meja rias.

Mbah Himan kemudian memegang pangkal batang kemaluannya yang menegang kaku dan dari belakang mengarahkan ujung batang kemaluannya yang seperti jamur ke liang vagina istriku dan rintihan istriku pun terdengar

“Mbaaaaah jaaaanggggggg ?. uuuppppppffff besaaaar mbaaaaah oooooh maaas ?. akuuu disetubuhi mbaaah ?.ooooh maaass mekaaaar membesaaaaar hheghghghgh sesaaak liang kuuuu maaaaas ??.ooooh menjuluuuuur ke dalam liaaangkuuu eeeeh eh eh eh akuuu ngaaaak kuaaaat maaaas akuuu keluaaaaaarrr ??..ngngngngngngngng ?..”istriku mengerang dengan hebatnya,pantat bahenolnya tersentak sentak sehingga batang kemaluan Mbah Himan secara otomatis amblas seluruhnya ke dalam liang vagina istriku.

“Mmmmmppppfffffff kok membesssaaaaar ?.. oooooh ?.. semakiiin dalaaaaam maaaas ?..maaaas hheeeeghhh ?. mekaaaaaar ?.. ffffff ?. akuuuu mmmmmmngngngngngngngng ??.”istriku kembali mencapai orgasmenya ke dua malam itu atau ke tujuh sejak siang tadi disetubuhi Mbah Himan.

Tubuh istriku limbung dan Mbah Himan memeluk istriku yang sempoyongan karena lutut istriku tak kuat menahan berat tubuhnya sendiri karena tenaga istriku terkuras melayani nafsu syahwat lelaki tua itu yang terus mengenjot menyetubuhi istriku tanpa ampun.

Tubuh istriku pun terjatuh di ranjangku dan posisi kakinya di kepalaku sehingga terlihat jelas batang kemaluan Mbah Himan tengah menyumpal liang vagina istriku yang tertelungkup.
“Mbaaaaah aku diboooooooor ???” rintih istriku dan kulihat Mbah Himan tanpa mengenjot pantatnya, batang kemaluannya terlihat dengan jelas membesar mengecil dan rupanya memanjang memendek seperti mata bor melubangi kayu.

“Mbaaaaaah akuuuuu keluaaaaar lagiiiiiiii ??”rintih istriku mencapai orgasme yang ketiga malam itu dan batang kemaluan Mbah Himan terus mengebor liang vagina istriku, dan istriku merintih berkali kali.

Selanjutnya istriku terus menerus mengerang dan orgasme ke 4 kalinya, Mbah Himan menyetubuhi istriku sampai pagi dan entah berapa kali istriku mengalami orgasme, sehingga keesokkan paginya istriku sulit berjalan, kata istriku bibir vaginanya membengkak, hingga dengan terpaksa istriku tak memakai celana dalamnya pada hari ke dua seminar itu.




Jumat, 26 Februari 2016

Beli Obat,ditawarin kondom dan bonus Sex





Ku pacu sepeda motorku cukup kencang malam itu. Waktu sudah lewat tengah malam, dan aku tergesa-gesa mencari apotek karena Andrian, teman sebelah kamarku terkena alergi yang cukup parah. Salah sendiri memaksakan diri memakan kepiting saat tahu itu bisa membuatnya alergi. Alhasil, sekarang aku yang kebingungan mencarikan obat untuknya...




Jalanan sudah sangat sepi, mungkin beberapa jam lagi akan tiba waktu subuh. Untungnya masih bisa kutemukan apotek 24 jam yang letaknya sekitar 6 kilometer dari tempat kost ku.

Ku parkirkan motorku dan bergegas memasuki apotek. Hanya ada 1 orang yang berjaga, wanita dengan wajah yang cukup manis.

“Malam, Mas. Ada yang bisa dibantu?” Tanya mbak penjaga apotek tersebut.
“Ini Mbak, saya cari obat ini…” Jawabku sambil memberikan kertas kecil yang berisikan nama obat yang minta dicarikan Andri.

“Sebentar mas saya 
dulu ya.” Balas mbak penjaga sambil berlalu masuk membawa potongan kertas yang aku berikan.

Aku yang masih terpacu adrenalin berusaha mengumpulkan nafas sambil melihat-lihat obat yang ada di etalase apotek. Karena haus, aku lantas mengambil air mineral yang ada di dalam kulkas disamping etalase obat tersebut.

Mbak penjaga apotek pun kembali dari ruangan belakang.

“Yah, Mas. Maaf untuk obat ini stok kami disini sedang habis. Stok masih ada di apotek cabang kami yang ada di sebelah selatan sana mas.” Jelas Mbak tersebut.
“Beneran, Mbak? Duh, itu apoteknya ada dimana mbak? Gak bisa diambilin atau dianterin aja gitu, Mbak? Saya capek nih…” Pintaku.

Memang aku mengendarai motor, namun adrenalin yang membuatku terburu-buru terbukti membuatku capek dan sedikit berkeringat.

“Hmm, sebentar saya tanya apa ada penjaga di apotek sana yang sedang berjaga dan bisa 

mengantarkan ya mas…” Balasnya sambil kembali berlalu masuk.
Aku pun kembali menghabiskan minumku dan duduk di bangku tunggu yang tersedia.
Mbak apoteker keluar kembali tidak lama kemudian.

“Mas, alhamdulilah ada penjaganya, tapi ia sedang mengantarkan obat terlebih dahulu.
Paling sekitar 20 menit lagi sampai ke sini. Bagaimana?”
“Iya gapapa deh mbak, saya tunggu aja…”

Mbak tersebut pun mengangguk sambil melemparkan senyum manisnya. Aku lantas menelpon di luar apotek untuk mengabarkan Andri perihal obat yang masih harus menunggu tersebut. Sepertinya keadaan Andri sudah membaik dari sebelumnya, jadi ia tidak masalah bila harus menunggu sedikit lebih lama.
Selesai menelepon pun aku kembali masuk. Mbak apoteker duduk ditempatnya semula sambil memerhatikanku yang terlihat bosan, melihat-lihat jejeran obat di etalase di depannya.

“Oya, mbak namanya siapa?” Tanyaku sok berani.
“Lidya, Mas. Kalau mas?”
“Aku Arif. Jangan panggil mas ah, panggil Arif aja hehehe.”
Lidya pun tertawa kecil sambil memalingkan mukanya melihat keluar jendela.
“Cari obat alergi untuk siapa memangnya, Rif?” Tanya Lidya.
“Teman kosan, tadi sore makan kepiting. Sekarang badannya bentol segede tangan kamu…”

Jawabku setengah bercanda, Lidya cekikan mendengar jawabanku.
Aku yang tidak bisa diam, mondar mandir sambil memerhatikan obat, menghentikan langkahku di depan tumpukan kondom yang dijual di apotek tersebut.
Ku perhatikan seksama berbagai macam kondom yang ada, dari yang berwarna merah, hitam, sampai kuning keemasan.

“Lihat-lihat, emang mau beli ya?” Tanya Lidya menggoda ku.
Aku pun sedikit kaget, karena tidak sadar aku bengong memerhatikan kondom yang ada.
“Hahah, enggak sih. Masa main sama tangan pake kondom…” Jawabku nakal.
Jawabanku ternyata membuat Lidya tertawa.
“Ya cari dong, Rif…” Balas Lidya.
“Iya sih, sama kamu aja gimana?”
“Ih, kurang ajar banget sih..” Kata Lidya, intonasi nadanya tidak terdegar perlawanan, hanya seperti bercanda.
“Hahaha, ya maaf deh. Tapi emang gak bocor pake kondom ya?” Aku pura-pura bertanya untuk memancing Lidya.
“Ya enggak dong, biar tipis juga kuat. Asal buka bungkusnya jangan pake gunting. Kalo itu sih ya pasti bocor. Hahaha.”
“Hahaha ya iya itu sih. Terus, bagusan yang mana?” lagi lagi pertanyaanku berusaha untuk memancing Lidya.
“Nih yang item aja, ada obat kuatnya, biar gak gampang loyo…” Jawab Lidya sambil mengeluarkan kondom dengan kotak berwarna hitam.
“Ah aku sih gak pake obat kuat juga udah kuat…” Bela ku.
“Hahaha ya terserah, atau yang merah nih, tipis, lebih nikmat katanya.”
“Katanya? Kenapa gak kamu buktiin sendiri?” Pertanyaanku semakin spesifik untuk mengajak Lidya tidur bersama ku. Lidya hanya tersenyum.
“Hihih, aku selesai shift jam 5, Rif. Satu jam lagi…” Jawab Lidya penuh makna sambil mengedipkan matanya.

Aku tersenyum mendengar jawabannya.
Terdengar suara motor di depan apotek, ternyata obatnya sudah sampai. Langsung Lidya mengambilkan obat untukku dan membungkusnya ke dalam plastik.

“Itu yang merah jangan lupa…” Ujar ku pada Lidya, ia lalu memandangku penuh arti dengan senyumnya yang cukup nakal.
Setelah selesai membayar, aku pun bergegas kembali ke kosanku. Ku berikan obat kepada Andri dan langsung masuk ke kamarku sendiri.
Ku keluarkan kondom yang ada didalam plastik, ku lihat bon pembelianku. Saat ku perhatikan, ternyata Lidya menuliskan nomer teleponnya dibalik kertas. Segera saja ku catat, dan ku sms Lidya.

“Kalau sudah mau pulang, kabari ya. Aku rapihin kasur dulu, hehehe.” Tulisku singkat sambil merapihkan kamar. Entahlah, padahal belum tentu juga Lidya serius menanggapiku.
Tidak lama, ponselku bergetar dan ku lihat ada satu pesan masuk.
“Oke sayang. :*” begitu balas Lidya. Dengan emoticon cium membuatku semakin bersemangat.
Tidak sampai 10 menit, kamarku selesai ku rapihkan.

Ku lihat jam, dari apa yang Lidya katakan sewaktu di apotek, masih ada 30 menit lagi sampai jadwal shiftnya selesai. Aku hanya menunggu sambil duduk di pinggir kasur. Ku perhatikan 
kondom yang ku beli di apotek barusan.
“Tipis, plis, lo harus masuk ke meki Lidya pagi ini plis…” Batinku dalam hati sambil memegangi kondom tersebut.

Sepuluh menit kemudian Lidya kembali mengirimkan pesan kepadaku.
“Kamu berangkat sekarang aja, aku lagi siap siap mau pulang nih…” Isi pesan tersebut.
Aku pun bersemangat dengan nafsu menggelora. Segera ku kenakan jaket tebalku, dan ku pacu lagi sepeda motorku. Kali ini dengan adrenalin yang lebih tinggi, perasaan tak karuan karena akan mendapat kesempatan meniduri gadis cantik yang ku temui di apotek tadi.

Tidak sampai 10 menit, aku sudah kembali ke tempat apotek Lidya. Ku lihat ia sudah berdiri menunggu di samping apotek, rapih dengan seragam putihnya, namun kali ini ditambah atasan kardigan tipis berwarna krem.

“Lama ya nunggunya?” Tanyaku pada Lidya. Ia hanya menggelengkan kepala.
“Mau kemana kita?” Tanya Lidya padaku kali ini.
“Kamu mau kemana? Mau makan dulu?”
“Enggak, udah makan tadi di apotek. Aku capek deh, Rif. Langsung pulang aja yuk…”
“Pulang? Ke rumah kamu, apa ke kosan aku?” Tanyaku menyelidik.
“ke kosan kamu juga gak apa apa…” Jawab Lidya sambil mencubit kecil pinggangku.

Aku hanya meringis sedikit namun tidak protes apa-apa. Aku senang, senang sekali karena Lidya benar-benar mau ikut ke kosanku.
Ku pacu kendaraanku pelan agar dingin tidak terlalu menusuk tulang. Lidya sendiri sudah memelukku dari belakang sejak awal ia naik ke atas motor. Terasa betul kedua belah dadanya yang montok menempel dipunggungku.

Sampailah kami berdua di kosanku. Ku parkirkan motor, dan menuntun Lidya menuju kamarku. Ku lihat kamar Andri pun sudah tidak menyala lampunya, berganti dengan langit yang sudah memerah dikejauhan tanda sebentar lagi matahari akan terbit.
Ku persilahkan Lidya masuk ke kamar ku. Begitu pintu ku tutup, Lidya yang sedang berjalan ke arah kasur segera ku peluk dari belakang dengan tanganku yang langsung meraba payudaranya.

“Hmm, aku udah gak tahan banget dari tadi tau…” Bisikku pelan.
Lidya langsung melemas dan meletakan tangannya diatas tanganku yang sibuk dengan payudaranya yang lumayan besar tersebut. Desisan pelan terdengar dari mulut Lidya yang mungil karena geli di lehernya dari sapuan lidah basahku.
“Uhhm, nakal ya kamu hmmm…” Rintih Lidya pelan.

Aku segera membuka dan menurunkan kardigannya. Satu persatu ku buka kancing seragam Lidya dan ku tanggalkan pakaiannya. Kini ia hanya mengenakan celana panjang putihnya dan bra hitam dengan renda yang memperlihatkan sedikit putingnya.
Kupingku yang berada tepat disamping bibir Lidya bisa dengan jelas mendengar berat nafas dan rintihan kecil kala aku memasukan kedua tanganku menyusupi celana Lidya. Terasa sedikit bulu halus dipangkal pahanya.

“Buka aja uhhh Rifff. Biar gampangggg…” Desis Lidya.

Aku menurutinya. Ku buka seluruh celananya, termasuk celana dalamnya. Ku balikan posisi Lidya agar menghadap ke arahku dan ku dorong tubuhnya agar tertidur di ranjangku.
Ku buka kaki Lidya, ku lihat vaginanya yang bersih dengan bulu kemaluan tercukur rapih. Vagina dengan warna kemerahan yang sedikit basah itu segera ku hujam dengan serangan brutal lidah dan bibirku. Ku jilati bibir vaginanya, ku gigit gigit pelan klitorisnya dan ku masukan jariku untuk menambah kenikmatan Lidya.

“Aahhh Rifff ahhhhhh….” Teriak Lidya kecil.

Ku tambah rangsangan untuk Lidya dengan meremas payudaranya dengan satu tanganku saat tanganku yang lain sibuk mengocok lubang kewanitaannya dan lidahku tidak ingin melepaskan klitorisnya yang kini semakin merekah, membesar dan basah.

Beberapa kali Lidya menaikan pinggulnya tanda akan kenikmatan yang akan segera mencapai puncaknya. Dan benar saja, Lidya meremas rambutku dengan kencang.

“Aaaah Rifff keluar Riffff aargghhhhhh….” Ronta Lidya.

Kulihat cairan bening hangat mengalir dari dalam vaginanya. Lidya terengah-engah dengan tubuh yang bercucuran keringat.
Aku pun kembali naik ke atas tubuh Lidya, menciumi perutnya, payudaranya, dan kembali ke lehernya sambil berbisik,
“Enak gak?”

Lidya mengangguk dengan senyum manja. Tangannya segera meraba penisku yang masih terbungkus celana. Meski Lidya sudah telanjang bulat, namun aku masih rapih dengan pakaian yang tidak terlepas satu pun.

Lidya pun mendorong tubuhku. Ia kini berada diatasku. Ditariknya ke atas pakaianku hingga terbuka. Diciuminya dengan liar leher dan sekitar dadaku. Terasa geli, namun nikmat sekali.
Setelah itu, Lidya membuka celanaku perlahan. Dikeluarkan penis ku dari sangkarnya. Ia terlihat sedikit takjub melihat penisku yang keras dan cukup panjang. Ia pun segera mengocoknya perlahan.

“Hmm, pasti udah gak sabar banget ya si dedek ini?” Tanya Lidya meledek penisku.
Aku hanya tertawa kecil sambil mengangguk.
“Gantian ya, dek…” Kata Lidya ke arah penisku sambil mendekatkan mulutnya.
Dijilatnya batang penisku, dari pangkal sampai ke bagian kepalanya. Dimainkan lidahnya di lubang penisku, dan langsung dimasukan seluruhnya ke dalam mulut.

“Ahhhh, isep Lyd, enakk banget….” Desisku pelan sambil meremas rambut Lydia.

Ia tampak begitu sibuk menghisap penis dan menikmati setiap momennya.
“Uhhh, hmmm ahhh enak sayangggg…” Kata ku pelan.
Selesai dengan penisku, Lydia kembali bangun dan menindih badanku.
“Mana yang merah merah tadi?” Tanya Lidya menanyakan kondom yang aku beli tadi ditempatnya.
Aku pun mengambil plastik putih yang terletak diatas meja disamping kasurku dan mengeluarkan kondom tersebut.
“Nih,” Ujarku.

Lydia pun mengambilnya. “Nih cara buka dan makenya, aku ajarin ya…” Kata Lydia sok menggurui, aku hanya tertawa melihat tingkah dan mendengar perkataannya.
Dengan pelan ia membuka bungkus kondom, dan penuh ketelatenan ia memasangkannya ke penisku.

“Tuh, kalau masangnya bener, kondom tipis ini gak akan robek kok…” Jelas Lydia.
“Iya, Ibu Apoteker, terima kasih ya sudah mengajarkan…” Kataku sambil menarik tubuh Lydia dan mengganti posisinya, kali ini aku ada diatasnya.
Kaki Lydia pun sudah bersiap melingkar disekitar pinggangku, ku arahkan penisku ke lubang vagina Lydia. Ku gesekkan pelan, Lydia tampak mendesis dengan mata tertutup dan mulut yang terbuka lebar.

Dengan sekali hentakan, ku masukan penisku seluruhnya ke dalam vagina Lydia. Mata Lydia pun terbelak saat penisku ini mencapai ujung vaginanya.
“AAAAHHHH, RIFFF!” Teriak Lydia.

Aku tidak memedulikannya dan langsung menggenjot vagina Lydia dengan penuh nafsunya.
Tubuh Lydia yang mungil namun cukup sintal yang ada dihadapanku ini tampak bergoyang seluruhnya seiring dengan genjotanku. Payudaranya yang naik turun tampak begitu menggairahkan. Aku pun meremas keduannya saat pinggangku secara otomatis masih memompa penisku di dalam vaginanya.

“Uhhh, riff nikmat banget riffff. Kontollll kamuu aaahhhhh….”

Bosan dengan gaya missionaris seperti itu, Lydia meminta dirinya ada di atas. Aku pun mengiyakan dan menukar posisi tanpa melepaskan penisku dari dalam vaginanya
Begitu Lydia diatasku, ia menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan kiri. Membuat penisku terasa dipijat dengan kedutan dari vaginanya yang sangat kuat dan hangat.

“Aaargggghhhhh, enak banget ngentotin kamu Lydddddd….” Teriakku sambil meremas ke dua payudaranya.

Lydia tampaknya tidak peduli dengan apa yang aku katakan dan yang aku lakukan. Kepalanya mengadah menghadap ke langit langit, dengan mata terpejam dan mulut terbuka. Sesekali ia memainkan rambutnya sendiri. Sungguh pemandangan liar yang sangat luar biasa.
Kali ini Lydia menggenjot pinggulnya naik turun, ku melihat dengan jelas bagaimana gagahnya penisku menghujam masuk, menjadi bagian dari tubuh Lydia, juga menjadi bagian dari kenikmatannya pagi ini.
Genjotan Lydia semakin lama semakin cepat dan liar, sepertnya ia akan mencapai puncaknya sekali lagi.

“Ahhhh, arggh aku mau keluar lagi nih Rifff. Arhhhhhhhh….”

Lydia pun orgasme untuk yang kedua kalinya. Tubuhnya langsung terjatuh diatas tubuhku.
Aku yang belum mencapai puncaknya pun langsung bangkit, meminta Lydia untuk menungging karena aku akan menyerangnya dari belakang.

Lydia yang sudah lemas sekali menungging dengan menyandarkan dada dan kepalanya ke bantal. Tidak peduli ia sudah letih, penisku tetap butuh kenikmatan dan harus ku dapatkan dari vagina Lydia yang hebat ini.

Tanpa basa basi, ku hujamkan sekali lagi penisku. Ku remas pantat Lydia, ia masih mengerang sesekali saat penisku mencapai ujung vaginanya.
Semakin cepat aku menggenjotnya, semakin kurasakan juga akan ada tembakan keras dari dalam penisku.

“Uhhh sebentar lagi sayang, aku udah mau keluarrr…” Bisikku pada Lydia.

Ia hanya berdiam, menikmati saat saat terakhir penisku.
Dan crot crot crot! Penisku pun memuntahkan banyak sperma didalam kondom yang bersarang didalam vaginanya.

Kali ini tubuhku yang lemas dan segera membaringkan diri disamping Lydia.
Ku lihat wajah Lydia, ia sangat cantik, sungguh menggugah nafsu birahi bila melihatnya seperti ini, penuh nafsu dan gairah.
Kami pun tertidur pulas. Untungnya aku tidak ada kegiatan di pagi hari karena begitu ku lihat waktu sudah menunjukan hampir pukul enam pagi.

Kamis, 25 Februari 2016

Liburan Semester Dengan Kamila





Hari itu Haikal sedang duduk digazebo kampusnya, mahasiswa semester 5 itu sedang membuka website kampusnya, untuk mengecek nilai hasil ujian akhir semesternya.


“Hahaha, parah dapat C lu kal”,
“apaan sih Far, emang lu dapet berapa?”,
“dapet B dong, Aku kan gak pernah bolos…”,
“aah, biar dah, cuman nilai…” Sedang asyik ngobrol, lewat seorang mahasiswi cantik, Haikal meliriknya, dan ia tau itu adalah Kamila, cewek populer yang sering dibicarakan teman temannya.
Setelah mahasiswi cantik itu lewat, Haikal geleng geleng keheranan
“Eh eh, itu cewek bahenol banget Far”,
“beeh, kamila itu, kabar kabarnya ayam kampus kal!”,
“ngomong yang bener lu! cewek gitu masak…”,
“dibilangin ngeyel, lihat tuh, bokongnya kal, pasti udah sering disodok memeknya”,
“njir, dikampus ini, omongan lu kotor banget”,
“hehe, ye maaf, udah lama jones nih kal”, Haikal jadi mulai berfikir, ia jadi penasaran dengan perempuan cantik itu. “Eh Far, ada kontaknya gak?”,
“kemarin ada yang share bbmnya, tapi akun gua belum difolbek”,
“mana mau dia folbek elu, pake dp jelek gitu”,
“dasar lu, wkwk, mungkin dia tau gue bokek”,
“sini sini, coba gue aja” Haikal meminta pin bbm Kamila dari Fardi.
Setelah menunggu beberapa saat, ternyata Haikal langsung difolbek,
“naah kan, kalo yang ganteng pasti difolbek”,
“anjir, sono sono, kalo berani spik aja tuh” haikal pertama tama melihat foto Kamila, benar benar ia langsung terpesona, ia masih tak yakin gelar Ayam kampus itu memang dimiliki Kamila.
segera mencoba mengirim pesan pada akun bbm kamila itu.
“hai kamila…” setelah ditunggu beberapa menit, ternyata ia dibalas,
“hai… kamu yang digazebo itu tadi kan?”, haikal melompat kegirangan, membuat Fardi kaget.
“apaan lu kal?”,
“tuh, dia sadar tadi pas lewat didepan gua” Haikal makin penasaran, ia melanjutkan aksinya itu.
“iya, kok tau?”,
“iya, pas gantengnya sama dpmu” Haikal makin girang, mahasiswa itu baru kali ini dipuji.
“hadeeh, dasar jones” Fardi lalu pergi meninggalkan Haikal. haikal memilih melanjutkan chatnya itu, ia mulai berkenalan dengan baik. Beberapa saat kemudian, Haikal masih mengingat kata Fardi tadi, kalau Kamila itu ayam kampus.
“mm… maaf nih mila… aku tanya boleh?”,
“tanya aja…”,
“gini… beberapa kali aku denger, ada yang bilang kamu itu ayam kampus, pasti gak kan ya?”, setelah mengirim, haikal baru sadar, chatnya itu sangat salah dan fatal, benar saja, kamila tidak membalas chatnya itu, Haikal pun menyesal. ia memilih menutup leptopnya, lalu pulang kekost an nya.
Dalam perjalanan, androidnya itu berdering, saat ia berhenti sejenak, ia lihat itu bbm dari Kamila,
“kok gitu? gak ada kalimat lain buat gantikan kata ayam kampus ya?” Haikal jadi bingung, segera ia memilih ngebut pulang ke kost, lalu setelah tiba dikostnya, segera ia membalas chat kamila itu.
“maaf mila, gak maksud apa apa loh, cuman pengen tau aja”,
“hehe, gak papa, udah biasa kok kal”,
“iya, makasih udah mau jadi temenku”,
“temen mesrah juga boleh kal, hehe, iya” Haikal melanjutkan percakapannya sedikit lebih lama, setelah itu ia memilih istirahat.
Keesokan harinya, Haikal sudah mendapati nilai uasnya sudah keluar semua, ia kini sudah siap untuk menikmati libur semester.
“Kal, kepantai yuk, liburan sama temen temen”,
“hadeh far, ke pantai cowok cowok doang mah gak asik”,
“Terserah deh kal, aku sama temen temen udah siap berangkat besok”,
“oke oke far, nanti aku kabarin lagi” Haikal pagi itu sudah disms oleh fardi. Selang lima menit, handphonenya berbunyi lagi, kini bbmnya mendapat pesan, ternyata dari Kamila.
Segera ia buka bbmnya,
“kal, liburan kamu kemana nih?”,
“Kamila, aku besok diajak kepantai sih sama temen temen…”,
“wah asik tuh, aku boleh ikut gak?” Haikal girang sendiri dikostnya itu, kenapa kamila seperti mencoba mendekatinya lebih jauh.
“boleh kok mila, kamu sama temen kamu ya?”,
“gak kal, aku sama kamu aja yah”,
“oh, iya deh bisa bisa… “,
“hehe, nanti jemput aku ya kal” Haikal mulai mendapat alamat tempat kost Kamila, setelah itu ia mulai menghubungi Fardi lagi.
“Far, besok aku ikut”,
“nah, gitu dong, temen temen ada yang bawa ceweknya tapi…”,
“bagus dong itu”,
“heh, tapi kita nanti sama siapa?”,
“gak tau elu, aku sama kamila besok”,
“anjir! gila lu kal”,
“hahaha” Haikal lalu mempersiapkan segala perlengkapan untuk besok kepantai.
Hari selanjutnya, Pagi itu haikal sudah mengendarai motornya menuju tempat Kamila. Setelah tiba disana, benar ia sudah ditunggu si cewek cantik itu.
“Haikal…” Pagi pagi Haikal harus tersenyum senang, melihat bidadari secantik Kamila.
“Hai Kamila”,
“yuk kal, udah ditunggu temen temen kamu kan?”,
“iya, ditunggu dikampus kok” Haikal menaruh tasnya didepannya, lalu kamila duduk dibelakang.
Segera ia menuju kampus bersama kamila.
“Waaaah, ini niiih…” Kedatangan haikal kekampus disambut dengan riuh suara teman temannya.
“Hehe, udah rame ya, berangkat yuk”,
“Ihiiir, iya iya kal, yang udah lengket aja…” Haikal tak bisa menghentikan riuh suara teman temannya, karena memang kamila sudah menempel erat dibelakangnya, buah dada cewek itu tergencet ke punggung Haikal.
Kamila tersenyum saja, haikal yang bingung.
“haha, yuk berangkat…”,
“lead the way Far…” Fardi menjadi yang pertama berangkat disusul teman temannya, juga haikal dan Kamila. Segera mereka melakukan perjalanan cukup memakan waktu menuju pantai.
“Kal, temen kamu banyak juga yah”,
“iya, namanya udah semester 5 nih”,
“aku masih semester 3, tapi banyak juga kok temennya”, Haikal bingung harus senang atau bagaimana, saat kamila memeluknya dari belakang, ia seperti sedang membonceng pacarnya saja.
“hehe, kok kamu tiba tiba pengen ikut kepantai kenapa ya?”,
“gak ada yang manggil tuh kal” Munculah tanda tanya baru dikepala Haikal.
“jadi… kamu…”,
“iya kal, kenapa emang kalo aku ayam kampus? hahaha” Haikal berdesir hatinya, ia cukup heran dengan ungkapan Kamila itu.
Mereka melanjutkan perjalanan, 3 jam perjalanan ditempuh, mereka akhirnya sampai dipantai tujuannya.
“Yeey pantaii, woohooo” Terdengar suara Fardi yang berteriak itu, Haikal sempat berfikir, temannya itu berteriak senang, atau berteriak sedih karena Fardi tidak membonceng cewek seperti dia dan juga teman lainnya.
Setelah memarkir motor motor mereka, segera muda mudi itu pergi kepantai.
cowok cowok dirombongan itu dengan cepat sudah melompat kepantai, dan asyik bermain di atas air laut itu. cewek ceweknya baru selesai ganti baju, senyum diwajah para cowok tak bisa disembunyikan, namun yang tak bisa disembunyikan dari senyum haikal yang lebar, saat ia tak bisa melihat cewek dirombongannya itu selain Kamila. Kamila tampil begitu mempesona dengan celana pendek dan tanktop mininya, sungguh hati haikal berdebar debar.
“kal? gimana cantik gak aku? hehe” Kamila memutar tubuhnya sambil menunjukannya pada Haikal, tentu Haikal yang belum melompat kepantai itu tak bisa menolak memuji bidadari itu.
“Cantik banget kamu mila, hmmh”,
“hehe, makasih… sini bentar kal, foto dulu ah…” Haikal harus mendekati bidadari itu, lalu mulai berfoto selfie dengan cukup mesrah. Setelah itu haikal menemui Fardi dan teman cowok lainnya yang sudah bermain dipesisir pantai. “Kal kal, berapa duit ente habisin buat deketin Kamila?”,
“heh heh! apaan sih, gak bayar kok, hahaha”,
“Anjiiir, untung banget lu kal”,
“Untung gua bawa cewekku, kalau enggak udah gue rebut tuh Kamila”,
“Aduh malah ngomongin cewek cewek, main aja ah”,
“hahaha, sabar ya Far…” Haikal sempat beberapa saat berenang bersama temannya dipantai itu, namun ia segera terhenti ketika tau Kamila tak cukup sering beraktivitas bersama cewek cewek lain dirombongan itu.
“Kamila, kok duduk aja?”,
“hmmh, ya gimana lagi kal, yang lain pada sibuk tuh…”,
“deketin aja, ntar juga akrab”,
“gak deh kal, sepertinya mereka juga tau dari pacar mereka kalau aku ayam kampus” Haikal merasa kasian pada kamila, ia duduk disebelah cewek cantik itu.
“kamila, semua itu tergantung kamunya, belum tentu kan mereka bakal sejahat itu ke kamu, kamu sama kok seperti mereka, kita semua sama sama ingin refreshing kesini kan?”,
“mm… iya kal, makasih ya…cup” Kamila mencium pipi haikal, lalu pergi menuju cewek cewek rombongan itu yang bermain didekat pantai. Haikal masih mengelus pipinya, tersenyum senang, lalu tak lama ia menemui temannya untuk menikmati deru ombak pantai.
Beberapa jam kemudian, semuanya sudah selesai menikmati pantai, mereka sudah mengganti pakaian.
“Ayo ayo, foto dulu, merapat merapat” Semua muda mudi dirombongan itu mengambil posisi didepan kamera, lalu ckrek, Foto bersama semua orang rombongan mahasiswa itu telah terambil, Semua orang mengakhiri liburan kepantai itu dengan senang.
Setelah itu, mereka pergi pulang kembali ketempat mereka masing masing.
“Kamila, gimana tadi? seru kan?”,
“seru banget kal, cewek ceweknya ternyata baik baik kok”,
“hehe, siip, aku percaya kamu juga cewek yang baik seperti mereka kok mila…” Mila lalu terdiam, mahasiswi itu memeluk Haikal dengan erat.
beberapa menit kemudian, Haikal yang mengemudi motor itu harus kaget, ketika mendengar suara tangisan Kamila.
“kamila? kamila kok nangis?”
“hiks..hmmh… makasih kal… makasih…hiks” Haikal tersenyum, ia melanjutkan perjalanannya, ia tau kamila sedang menangis terharu karena perjalanan kepantai itu.
Sorenya, belum sampai ketempat kost mereka, Haikal sudah dihentikan oleh kamila.
“kal kal, stop dong” Haikal lalu menepi dan berhenti dipinggir jalan.
“ada apa mila?”,
“kal, gak usah pulang yuk”,
“loh, terus kemana?”,
“itu tu, kehotel situ yah…”,
“t…tapi kan…”,
“udah… aku udah biasa kesana, ayo kesana deh” mau tak mau haikal menuruti Kamila, ia bawa kamila kesebuah hotel.
Yang membuat Haikal heran, saat masuk kehotel itu, kamila sudah sangat terbiasa berinteraksi dengan para karyawan hotel itu.
“mbak, malem, hehe”, “wah Kamila, sama siapa kamu?”, “itu, sama temenku”, “temen apa temen? hehe”, “hehe, mbak, kamar biasanya yah”, “iya, ini kuncinya, selamat beristirahat ya…”, “iya mbak, yuk kal…” Haikal lalu diajak menuju kamar hotel, yang sepertinya sudah biasa digunakan oleh kamila. Setelah masuk kekamar itu. Haikal dan kamila menaruh barang bawaannya.
“huuh, lelahnya…” Kamila duduk diatas kasur, disusul dengan Haikal yang masih malu malu.
“mmm…mila…”,
“gak papa kal, gak aku apa apain kok,hehe”,
“hehe, iya iya…”,
“makasih loh kal, udah mau barengin aku kepantai”,
“hehe, iya…”,
“aku curhat boleh kan kal?”,
“bo…boleh banget kok…”,
“sebenernya kal, aku udah lelah jadi cewek panggilan…”,
“mm… kalau udah lelah kamu bisa berhenti kan mila, jadi mahasiswi yang seperti lainnya…”,
“tapi kal, aku takut…”,
“takut kenapa mila?”,
“aku takut, nanti… aku tergiur lagi…”,
“kamu musti… punya pendirian kamila, janji pada dirimu sendiri, untuk tidak mengulangi semua itu…” Haikal tampak sedikit heran, bagaimana ia bisa mengungkapkan kata kata itu kepada Kamila yang tampak sudah memerah wajahnya.
“Tapi kal, aku dulu udah coba, tapi aku gak bisa berhenti, gak ada yang melarangku…”,
“kalau kamu mau, aku yang jadi reminder kamu deh, jika memang kamu ingin menjadi yang lebih baik, aku harus mau mendukung sepenuhnya dong… eh mila!” Tiba tiba mila memeluk Haikal, sambil kembali meneteskan air matanya. “hiks…huuhuu… Haikal…hiks”, Haikal bingung, lalu ia memilih mengelus rambut cewek cantik itu, sambil memberi penguatan,
“Sudah kamila, percaya deh sama aku, kamu itu bisa lebih baik dari ini, jadi cewek yang membanggakan keluarga…”, “hiks… huhuu…” beberapa menit itu Haikal tersenyum sambil menenangkan Kamila yang berderu air matanya.
“hiks… kal…”,
“iya mila?”,
“mau gak… kamu jadi pacarku?”, Haikal sontak kaget, tiba tiba ia sudah harus memilih.
“Mila, kamu…”,
“aku percaya kal, kalau sama kamu… aku pasti… bisa berubah…”,
“…. Iya sudah mila… aku mau jadi pacar kamu… aku pasti jagain kamu… menunjukan jalan yang baik untukmu…”, “makasih kal…huhuhu… hiks” Derai tangis kamila makin keras, namun tangis bahagia itu menunjukan jalan hidup baru untuknya.
Haikal kini mendapat tugas yang berat, merubah cara hidup kamila, dan menjadikannya perempuan yang lebih baik. Haikal beberapa menit terus memeluk Kamila, menenangkannya, namun beberapa menit kemudian, Haikal menyadari kamila sudah diam dalam pelukannya.
“Kamila…hei…” Haikal baru sadar, kamila tertidur dipelukannya. haikal tersenyum, lalu merebahkan tubuh Cewek cantik dikasur.
Haikal sungguh luluh lantak hatinya, apa benar ia kini menjadi pacar Kamila yang cantik itu, saat tidur saja masih begitu mempesona. Kemudian haikal memilih tidur disebelah Kamila, sambil memandangi pacar barunya itu tertidur dengan begitu nyenyak. haikal sadar, dengan begitu ia akan menjalani masa kuliahnya dengan lebih berat, namun ia tau semua itu akan membantu Kamila menjadi lebih baik lagi.
Besok paginya, Haikal terbangun dari tidurnya, dan melihat Mila sudah tidak disebelahnya, mahasiswa itu tersadar pacar barunya itu sedang kekamar mandi. haikal lalu duduk dikasur sebentar. Tak lama haikal tersadar, ia baru tau celananya sudah tak terpasang! ia hanya memakai celana dalam ketika membuka selimut yang menutup tubuhnya. Setelah itu kamila terlihat sudah keluar dari kamar mandi.
Haikal pagi itu harus sudah terbelalak matanya, ia melihat Kamila hanya memakai handuk mini yang menutupi buah dada sampai paha mulusnya saja.
“Eeeh, udah bangun sayang…”,
“mmh…pagi kamila”,
“hehe, jangan kaget gitu ah…”,
“nnh… kok celana ku disana ya?”,
“oh, tadi pas bangun aku emutin penis kamu yank…” Hilang sudah kantuk Haikal, ia tak menyadari penisnya sempat dinikmati oleh Kamila itu.
“ya...yan yang bener mila?”, “iyah, gak percaya? lagi deh…”,
“eh mila, aku…aduh” Kamila tiba tiba membuka celana dalam Haikal, lalu mengocok penis pacar barunya itu.
“hehe, maaf ya yank, gak ijin dulu, oohmm..” Haikal baru kini menyadari kenikmatan kocokan tangan Kamila dan juga bagaimana bidadari itu mengulum penisnya dengan enak.
Penisnya itu terasa begitu geli dan penuh dengan kenikmatan, membuat haikal menyadari kemampuan Kamila.
“uuh… mila..ooh”,
“mm…mm…hapa hyangh? mm…cup…mmm” Haikal tak kuasa melihat wajah cantik Kamila itu, mulutnya sedang sibuk bergerak niak turun menikmati tegak penisnya haikal.
“aduh…mmh..mila, udah an ah…ooh”,
“mmm…mm..slruup..mm…cup…ah..hehe” Kamila menyudahi aksinya.
“Kan kamu bilang mau berubah kamila?”,
“iya sayang, tapikan kamu pacar aku, masak gak boleh kita asyik begituan?”,
“mm… bukan gitu sih, tapi…” Kamila tiba tiba melepas handuknya, Haikal seketika terbelalak matanya, ia kini melihat bidadari itu telanjang bulat.
Buah dada yang kemarin sering menempel dipunggungnya itu kini terpampang jelas, begitu menggemaskan, juga lekuk dan mulusnya tubuh pacar barunya itu.
“hehe, gini deh yank… aku gak akan ngeseks lagi.. kecuali sama kamu… gitu gimana?” Senyum centil Kamila, membuat haikal tak kuasa, ia sungguh gembira.
“mm… i…itu… iya deh… tapi kamila, kamu gak boleh minta ya, kecuali… aku yang minta”,
“yah… oke deh oke… as you wish my love…oohmm” Tiba tiba Kamila mulutnya sudah kembali menikmati penis tegak Haikal itu.
Geliat lidah Kamila menjilat penis tegak itu membuat Haikal merasakan kenikmatan luar biasa, ia baru tau pacaran dengan seorang cewek seperti Kamila itu cukup menantang.
“ooh…mmh… kamu memang handal banget…”,
“mm…mm..hehe…hanggil hakhu hyangh hoong…mmm…mm” Haikal hampir tertawa, saat kekasihnya itu tetap berbicara meski mulutnya sedang diisi penis tegak.
“haha, iya kamila sayang…oooh” Haikal kini menikmati kehebatan Kamila mengulum penisnya.
beberapa menit kemudian, kamila berhenti mengulum penis tegak itu, karena haikal tampak sudah mau klimaks,
“udah mau keluar ya yank… ayo keluarin gih” Kamila mengocok penis haikal dengan cepat, membuat haikal tak bisa menahan, croot croot, spermanya menyembur dari penis tegak itu, jatuh dikasur, juga diwajah dan tangan kamila. “aahn..mm..aahmml…slruuup…aah” Kamila menyedot sperma yang masih tersisa dipenis haikal, lalu cewek cantik itu tersenyum dan merebahkan tubuhnya disebelah Haikal.
“mmh…enak punyamu yank… hehe”,
“ooh, emang luar biasa kamu…” Kamila lalu membuka baju yang dipakai haikal, kini mereka ber dua sudah telanjang bulat.
“Haikal sayang, bantuin aku dong…”,
“bantuin apa sayang?”,
“ini nih, gatel banget, tolongin dong…aahn” haikal kini segera menuruti kemauan Kamila, cewek itu meminta haikal segera menyambar gundukan didadanya itu.
Haikal dengan senang kini sudah asyik meremas buah dada pacar barunya itu, sungguh kenyal dan menggemaskan. tangannya dengan mudah bisa menangkap gundukan bundar itu, lalu dielus dan diremasnya dengan penuh cinta.
“hegh aahn…terus yang asyik deh…”, Haikal dengan asyik memainkan kedua buah dada Kamila, digoyangkan keatas dan kebawah, diremas dan dielus, sungguh penuh dengan sensasi yang nikmat.
puting coklat kamila tak didiamkan saja, segera jari jari haikal mulai berputar dan menjepit benda yang mulai mengeras itu.
“hnnh…aahn… pinter juga kamu yang…oohnm”,
“Kamila, memang kamu luar biasa mempesona…hmmh” haikal melahap gundukan kenyal itu, mulutnya menggeliat dengan penuh nafsu mencicipi buah dada menggemaskan milik Kamila, puting coklat cewek itu juga dijilati dan diciumi dengan penuh gairah.
“Aaahn…ooh, beda banget kal, kalo yang mainin pacar, rasanya nikmaat banget…oooh” Haikal menggelengkan kepalanya untuk menggoyangkan gundukan kenyal itu, sungguh ia tak kuasa menahan kebahagiaan.
“aahn…yang, dibawah lebih gatel lagi tuh…”,
“mmh… iya yang, sini sini…” haikal mulai mengelus elus bibir vagina Kamila, jarijarinya dengan pelan mengelus pintu surgawi itu.
Haikal kemudian melihat ada sebuah benda yang menggemaskan, ditangkapnya dengan jarinya, lalu diputar putar.
“nhaaaah! itu…ooh… geli banget yang…aaahn” Klistoris Kamila ternyata sedang dimainkan oleh Haikal, tentu rangsangan itu sangat membuat kamila senang. “jadi ini ya… pantes kamu sampe goyang goyang gitu yang…” Haikal lalu memasukan jarinya, dan menyadari lubang vagina pacarnya itu sudah basah. “aahn..mmh… ya itu yank… ennak banget…nyaah…”, “coba ah…mmh…mmm…slruup” haikal sudah mendaratkan mulutnya diatas lubang itu, lalu lidahnya mulai masuk, hal yang langsung haikal coba adalah menyedot vagina Kamila, sungguh rasanya membuat haikal mabuk kepayang. “Aaahn… gila yank… sedotanmu…oooh”, “slruup…slruup…mm…lmh…mm” haikal menggerakkan lidahnya dengan sangat cepat, merasakan hangat dan geliat basahnya lubang vagina Kamila itu. Haikal beberapa menit itu sungguh senang menikmati cairan dan juga hangatnya vagina Kamila.
“aahn..aahn… yank aduh…oooh” Spluurt, Haikal merasakan cairan menyembur dari lubang itu, segera Haikal meminumnya sampai puas.
“slruup..mm..slruup..aah… keluarnya banyak banget kamila sayang…wow”,
“ah..ah…aahn…iya..ouh” Kamila menggerak gerakan tubuhnya sendiri, cewek itu masih menggeliat karena baru saja klimaks. SEtelah sudah tenang, kamila mulai tersenyum lagi,
“Haikal sayaang”,
“iyaa…”,
“masukin doong…”,
“janji ya mila… gak bakal ngeseks lagi, kecuali aku yang minta..”,
“iya Haikal sayang ayo ah…masukin…hnnh…aaahn” haikal sudah mulai memasukan penis tegaknya, dengan dorongan, penisnya segera tenggelam mengisi vagina Kamila itu.
Sensasi bersetubuh itu baru kali ini dirasakan Haikal, sungguh begitu nikmat, tiada tanding rasanya.
“oooh, wow, vaginamu yank…uuuh”,
“aahn… ayo dong, digesek yank…nnnh…aahn” Haikal mulai menggerakkan penisnya pelan pelan, tiap dorongan memberikan sensasi nikmat tersendiri.
Apalagi haikal menyetubuhi Kamila dengan penuh cinta, mereka berdua saling pandang, saling percaya dan tau yang mereka lakukan sangat memuaskan. Haikal sudah mulai menikmati bagaimana mendorong penisnya keluar masuk vagina kamila, meski ia tau ceweknya itu sudah tidak perawan.
“hhnn..aah..yess… ooh… yang…ooh” Haikal lalu merangkul Kamila, lalu mengangkat tubuh Pacarnya itu.
Kini dalam pelukannya, haikal masih terus mengisi vagina Kamila dengan pensinya.
“Gini asyik gak yank?”,
“oooh…asyik banget…nhh…kamu pinter banget kal..ooh” Kini Haikal bisa menggoyang kan tubuh Kamila keatas dan kebawah, dan penisnya otomatis memompa vagina Kamila.
“nnnh…aah…mmh…ssh…mmf…ooh… enak banget yang…”,
“kamila sayang…ooh..cup…mmh” Haikal mencium kamila, sambil terus menggoyang tubuh cewek itu.
Pasangan baru itu kini sudah asyik bercinta, penis dan vagina mereka sudah terus beradu, Kamila dan Haikal bercumbu mesrah juga untuk meningkatkan kenikmatan. Beberapa menit itu Haikal menunjukan rasa cintanya dengan sepenuhnya kepada Kamila, mereka berdua terus bercinta, menit demi menit, penuh dengan kenikmatan.
“Hooh.. kamila, aku mau keluar…nnh”,
“keluarin semua yank… aku mau semuanya… nnh… aaahn!” Crooot croot crooot Sperma menyembur masuk divagina kamila, penis haikal lau dicabut, dan sperma didalam vagina itu menetes deras keluar dari vagina kamila.
Setelah itu mereka berpelukan, lalu saling tersenyum lega, penuh cinta.
“Makasih Haikalku sayang… aku janji, hanya kamu yang menjadi pemuas cintaku…”,
“terima kasih juga kamila sayang, tak akan kubiarkan kamu kecewa, Kita akan menjadi pasangan selamanya.
Haikal dan Kamila kemudian tersenyum lega, keduanya tau, pasangannya itu pasti akan merubah hidupnya. haikal Kini menjalani hidupnya, berpacaran dengan kamila, dan menjaganya selalu, agar tidak menjadi penikmat hasrat nafsu lelaki lain, Bidadari itu ia pastikan hanya untuknya selamanya.